Manusia ditakdirkan untuk lahir satu kali namun bagi kami hidup mungkin bisa terjadi berulang kali. Seperti yang Black Swanze alami, fase berkesenian bukan menjadi sebuah pola yang konkrit seperti menjadi hal lumrah bagi sebuah band yang punya jumlah rilisan dengan perhitungan waktunya masing-masing. Pasca ditinggal hengkang kedua personil lama, Maxi Single ini lahir dengan perhitungan dan cara pandang musik yang tidak natural. Bermain musik dengan cara yang berbeda, kebiasaan personil yang berbeda, bahkan selera musik yang sangat menyimpang satu sama lain sangat mempengaruhi proses kami pada kedua lagu ini.
Imperatrix Solis menjadi rangkuman dua sinopsis cerita yang kami muat dalam lagu Subliminal dan Membunuh Matahari. Mengambil peran seorang permaisuri dengan segala keangkuhan dibalik sosoknya yang menderita mencoba menaklukan kesempurnaan matahari. Secara keseluruhan lagu ini terasa depresif, sedikit sentuhan melankolia kami ciptakan lewat melodi dan harmonisasi. Mungkin jadi penggambaran masa peralihan bagi Black Swanze dengan fase kehidupan yang berbeda dari Black Swan Trio.
Dari segi musik, kami sangat terinspirasi oleh jenis musik psychedelic rock mungkin akan lebih akrab jika kami menyebut album The Dark Side of The Moon – Pink Floyd. Interpretasi lirik dengan bunyi-bunyiannya sangat kami amini menjadi sebuah cerita dengan definisi makna yang jelas, hal inilah yang kami adaptasi pada Imperatrix Solis. Garis besar blues tetap menjadi pondasi dimana pada beberapa bagian solo kami akan menjumpai frasa call and response, ini menjadi bahasa musik yang kami gunakan dimana kami dapat menceritakan sebuah hal dengan lebih lega. Pengalaman mendengarkan Imperatrix Solis adalah dengan memainkannya secara berurutan 1. Subliminal – 2. Membunuh Matahari maka akan menjadi rangkaian satu cerita yang utuh.