Long Live the Crowdsurfer!

Search
Close this search box.

Aku Kentut Maka Aku Ada

Halo masyarakat. Saya Nihan Lanisy dari Jono Terbakar, kali ini berjumpa dalam bentuk tulisan. Tulisan ini diniatkan terbit mingguan di kolonigigs.net dengan judul kolom Curhat Musikal. Supersuwun untuk sobat-sobat Koloni Gigs atas kesempatannya untuk ngosak-ngasik skena kehidupan fana ini.

Melalui tulisan pendek ini, sebagai pembuka serial yang semoga bukan cuma gagasan saja, saya ingin mengajak handai taulan untuk bermain musik, apapun alasannya, kecuali bagi yang menganggap musik itu haram ya. Bagi saya musik itu haram kalau mainnya di tengah rel kereta api sembari menyongsong kematian dan main musiknya sambil makan babi #dor.

Sedikit cerita, Jono Terbakar mulanya adalah proyek saya pribadi yang kemudian di-join-i oleh Mas Cebe, teman sekampus saya. Saya main gitar dan nyanyi, lalu Mascebe ikut nyanyi dan main alat musik icik-icik.

Icik-icik ini semacam marakas, tapi lebih spesifik. Wadahnya harus botol Pulpy Orange dan diisi beras minimal Rojo Lele. Ada pantulan bunyi yang spesifik dari paduan keduanya. Tapi bukan itu inti cerita ini. Intinya disini, ada kalanya icik-icik kami ketinggalan, akhirnya Mascebe main alat musik paling basic yaitu Tepuk Tangan. Diselingi juga dengan bersiul kadang-kadang.

Main musik itu jangan terjebak dengan “alat-alat musik”. Jangan mau diperalat sama musik, musik adalah sarana yang mempunyai tujuan dan visi-misi. Tak perlu jadi virtuoso baru ngeband. Dan tak harus ngeband untuk main musik. Biarlah musik jadi sumber gembira yang tak bersyarat dan terus menerus memberi bungah pada masyarakat yang madani.

Akhir kata, kentut sebagai alat musik adalah hal yang niscaya untuk ditekuni. Resiko ditanggung masing-masing ya hehe.

Pondok Cabe, 13 Juni 2024
Jono Terbakar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles