Long Live the Crowdsurfer!

Search
Close this search box.

Band Mitos Yogyakarta Blackstocking Rilis EP

Jika banyak band yang mengakhiri hiatus lewat single atau mini album anyar, lain halnya dengan Blackstocking. Unit Trip Hop asal Jogja ini malah merilis mini album untuk memperpanjang tidur. Alasannya sederhana: bertambahnya usia, skala prioritas, dan jarak yang semakin mustahil diperpendek karena pandemi yang masih menghantam negeri ini. Namun, Catur ‘Yoyok’ Kurniawan, Rachma, Widi, dan Warman yang menidurkan Blackstocking satu dekade lalu meras masih punya hutang besar pada penggemar dan penikmat musik di Indonesia.

“Setelah Indiefest 2009 diikuti wawancara dengan sejumlah label yang bikin muak, kami hiatus. Tapi selama 10 tahun itu banyak yang tanya, ‘Rachma ke mana?’, ‘Widi ke mana?’ atau DM medsos sekadar nanya kapan rilis. Dengan banyak pertimbangan akhirnya kami rilis saja apa yang 10 tahun lalu sempat tertunda. Jadi kalau ada yang tanya lagi, ‘Rachma mana?’ dan lain-lain tinggal saya jawab, mereka ada di mini ‘National of The Sheep’,” kata Yoyok.

Album berisi empat track: ‘This October’, ‘Nation of the Sheep’, ‘Broken Promise’, dan ‘Humanity is Over’ yang sudah rilis ke banyak platform digital sejak pekan lalu itu dibuat setelah mereka menidurkan band. Usai masuk kompilasi Indiefest 2009, Widi Raden membuat ‘Broken Promise’ yang memicu Yoyok pulang ke Jogja untuk latihan lalu membuat struktur ‘This October’, ‘Humanity is over’, dan Nation of the sheep’ lalu diwarnai Widi. Kerangka musiknya dibuat di Alldint Music Course.

Rachma menggambar tema dan lirik yang akan di angkat di setiap lagu sementara widi mewarnainya dengan ragam suara dan progresi ciamik. Proses rekaman sampai mastering digarap di studio pribadi Widi Raden sedangkan artwork dipercayakan pada Adhi Bona.

“Selama satu minggu akmi berproses. Kurang lebih selama satu bulan semua materi selesai dikerjakan. Karena satu dan lain hal proses rilis tertunda sangat lama, dan baru di 2021 ini. Saya memutuskan untuk merilis lagu-lagu itu dengan persetujuan Widi dan Rachma di bawah label Port Music,” sambung Yoyok.

Mini album dibuka track ‘This October’. Repertoar pertama ini langsung menggali memori pendengar mereka yang cukup besar di pertengahan tahun 2000an. Mereka mengemas lirik muram  yang ditulis Rachma lewat tempo lambat yang berubah cepat di tengah lagu dan bersisalaknya bunyi yang menjadi pancang lagu-lagu mereka selanjutnya. ‘Nation of the Sheep’ yang diawali dengan lembut lalu menjadi kasar di pertengahan lagu. Aransemen itu meruangkan tema lagu, tentang kekuasaan yang diproduksi negara secara lembut lewat sistem nilai, moral, tafsir agama, kesepakatan, hukum, dan ilmu pengetahuan lewat berbagai lembaga.

‘Broken Promise’ punya pendekatan berbeda. Jika dalam ‘This October’ dan ‘National of the Sheep’ aransemen yang membangun suasana gelap dari lirik yang disampaikan Rachma, lagu ketiga itu sebaliknya. Karakter suara Rachma dan cara dia menyampaikan lirik yang dekat dengan teologis itu jadi medium berbagi kesakitan sama dengan pendengar. Mini album ditutup ‘Humanity is Over’ dengan kegelapan kisah yang sama.

“Lirik atau tema memang berdasarkan kumpulan dari banyak peristiwa yang aku alami atau cerita dari orang lain. Aku sedikit susah membuat lirik dalam bahasa Indonesia karena buatku sendiri kurang pas untuk dikemas dalam musik Black Stocking. Lagu-lagu dalam album ini sarkasme dari kehidupan baik secara personal atau sosial,” sambung Rachma.

Blackstocking muncul sekitar tahun 2007. Dua tahun setelah mengokupansi sejumlah gigs di Yogyakarta, single ‘This October’ masuk kompilasi Indie Fest 2009. Tidak lama setelah itu, Yoyok pindah ke Bali disusul Rachma dan Warman. Blackstocking pun tidur pulas hingga sekarang. “Semua teman-teman sudah bertumbuh baik secara pikiran dan prioritas. Tentu saja sangat menyenangkan sekali kalau bisa ngeband bertemu lagi, mungkin reuni?” tutup Rachma.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles