Long Live the Crowdsurfer!

Search
Close this search box.

Harry Potter dan Peron 2,5 Stasiun Lempuyangan

*Tulisan ini adalah bagian dari Curhat Musikal oleh Jono Terbakar yang terbit seminggu sekali setiap Jumat, insyaallah. Foto oleh Asyam Ashari @topiputih

Bahasa ibu saya adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa. Bahasa ibu tiri saya, maksudnya bahasa yang kemudian saya pelajari dan cukup fasih adalah Bahasa Inggris. Ketiga bahasa tersebut bisa saya gunakan untuk calistung+mong: baca tulis hitung dan ngomong. Sebagai singer-songwriter, saya tak jarang dihadapkan oleh dilema saat menulis lirik. Bahasa apa yang akan saya gunakan?

Bahasa Indonesia tentu akan mudah dipahami jika pendengar saya adalah orang Indonesia. Sebagai musisi hiperlokal, MUSISI JOGJA DENGAN HURUF KAPITAL WALAUPUN SUDAH PINDAH DI BOGOR DAN PENTAS SAMPAI KELUAR JOGJA, Bahasa Jawa jadi pilihan yang masuk akal karena mayoritas pendengarnya bisa menggunakan bahasa itu. Sebagai musisi yang terpaksa go-international karena lagunya ada di Spotify dan Youtube, Bahasa Inggris juga asik digunakan karena bisa dipahami lebih banyak orang di dunia yang fana ini. Akhirnya, mayoritas lagu yang pakai Bahasa Indonesia dan beberapa menggunakan Bahasa Jawa dan Bahasa Inggris untuk mengakomodir anti-jonoterbakar yang menginginkan lokalitas.

Disisi lain, lagu Cino menggunakan Bahasa Mandarin yang mungkin tidak bisa dipahami orang Tiongkok, pasalnya bahasanya ngawur karena hanya penafsiran saya terhadap Bahasa Mandarin, kecuali bagian wo ai ni. Bahasa, ini judul lagu, juga diciptakan karena besarnya pertanyaan terhadap “Bahasaku, bahasamu, bahasa kita sama tapi kenapa, duhai kenapa, kita tak bisa bicara“.

Sebenarnya, pengalaman mendengarkan musik dengan bahasa asing lah yang membentuk saya untuk tidak takut dalam membuat lagu dengan lirik bahasa apapun. Sebab musik itu “katanya” universal, walaupun labelnya Aquarius ataupun Musica hehe. Sewaktu kecil, lagu-lagu Dashboard Confessional sering saya nyanyikan dengan lirik yang semau saya sendiri. Puluhan tahun kemudian saya baru tau lirik aslinya dan tetap nyaman menyanyikannya dengan ngawur.

Lagipula, musik tidak harus berlirik kan? Cavatina ndak punya lirik, saya tetap suka, entah kamu suka atau ndak. Musik kan gapunya mata, gimana mau melirik…

Alhamdulillah, di kejauhan Bang Heri (Harry Potter) mau pulang ke UK (Ujung Kulon) naik kereta subsidi Bengawan. Celingak-celinguk mencari peron 2,5 di Stasiun Lempuyangan sambil membeli bekal nasi pecel yang sudah tidak ada sejak Pak Jonan menghapus jejaknya. Oh sial, Om Ariel kesulitan menghapus jejakmu, karena jejak digital. Kane.

Bahasa Bahasb Bahasc Bahasd Bahase Bahasf Bahasg dst.

Bogor, 16 Juli 2024
Jono Terbakar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles