Long Live the Crowdsurfer!

Search
Close this search box.

Mini Album Lawas Cangkang Serigala Sudah Bisa Dinikmati Secara Online

Kekompakan Cangkang Serigala diuji ketika salah satu personelnya memilih mengejar gemerlap
duniawi dengan pindah ke pulau Dewata yang lebih menjanjikan. Tanpa beliau nyaris punah
karena tulang punggung ada padanya, diikuti kesibukan masing-masing personilnya. Ada yang
sebagai staf pengajar di kampus, dan yang lain sebagai ilustrator. Namun itu semua tak
menghalangi mereka untuk tetap produktif, dan tetap bertiga hingga kini.

Pada tahun 2014 silam, dua personel yang tersisa dari Cangkang Serigala berusaha menafsirkan
tahun Kuda Kayu Api dengan merilis mini album, dengan format akustik yang diberi judul “The
Home Front” yang direkam secara LIVE di salah rumah tak berpenghuni tepat pada pukul dua
dini hari. Materi pada album ini jauh berbeda dengan ke dua album mereka sebelumnya (Seeing Black Vol 1 – 2010 dan Seeing Black Vol.2 – 2011), karena instrumen gitar akustik dengan menambahkan efek justru dijadikan medium utama untuk merespon setiap teriakan vokal gore,
growl dan scream.

Ambiugitas Cangkang Serigala yang ditampilkan sebelumnya dengan musik “midi karaoke black
metal” justru dikembalikan dengan literatur komposisi tradisional Black Metal. Hal yang
menarik dalam mini album ini adalah ambient suara dalam proses rekaman yang tidak
direncanakan sebelumnya, justru terbangun menjadi satu kesatuan. Dalam album ini Cangkang
Serigala menantang para pendengarnya untuk keluar dari Cangkang Serigala konvensional
sebelumnya dalam mengapresiasi musiknya.
Menurut Dito sang frontman Cangkang Serigala, “Kali ini mereka lebih mengajak untuk melebur
lebih dalam lagi pada repertoar kesunyian yang disuguhkan melalui lolongan, gonggongan dan
teriakan. Oleh Cangkang Serigala, komposisi ini di kultuskan menjadi genre BARK METAL”.

Tidak hanya bermain musik, Cangkang Serigala juga memproduksi visual untuk direlasikan
dengan musik mereka. Pada tahun 2007 grup ini resmi merilis blog (cangkangserigala blogspot)
sebagai alat publikasi aktifitas musik, visual, serta dokumentasi kegiatan Cangkang Serigala. Dan menurut Dito, “dengan dunia internet inilah jangkauan Cangkang Serigala menjadi semakin meluas dan pastinya akan memperoleh tanggapan yang sangat luas. Itulah sebab, di zaman saat ini Cangkang Serigala kembali mengasah taring dan melantangkan lolongannya di kanal-kanal internet, seperti Twitter, Instagram, dan juga toko-toko musik digital”.

Saat ini, mini album “The Home Front” sudah bisa diakses di toko-toko musik digital kesayanganmu, seperti iTunes dan Apple music, Spotify, Amazon music, dan sebagainya. Dan dalam waktu dekat, Cangkang Serigala akan merilis mini album terbarunya yang saat ini sedang dalam proses pemolesan tata suara. Mini album ini diberi nama MAJOSAE, “sebuah nama burung sekaligus bahasa yang aku ciptakan untuk berbicara dengan burung piaraanku” ungkap salah satu kerabat Cangkang Serigala bernama Rudy Wuryoko a.k.a Wirox, yang merupakan dedengkot kelompok musik eksperimental Belajar Membunuh, dan tercatat pernah bergabung dengan Cangkang Serigala dengan nama panggung saat itu Wirox Serigala.
Sembari menantikan MAJOSAE!, silakan menikmati The Home Front secara modern daring, dan sedang kami persiapkan pula beberapa cendera mata untuk melengkapi keabsahan berhala Cangkang Serigala sebagai sebuah grup boy band.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles