Fruity Loops Studio (FL), aplikasi untuk produksi musik, mungkin kalau di masukan klasemen bisa jadi berada di bagian atas untuk software yang paling banyak dibajak untuk produksi musik. Harganya memang tidak murah, tapi tetap banyak yang membutuhkan terutama untuk musik genre tertentu. Cek sendiri harganya FL ya, saya tidak mengakomodir pemalas disini hehe
“Yang perlu dibajak hanyalah sawah”, kata petani. Kalau kita mau merenungi, ada banyak ceceran kebaikan di dunia maya. Kata kuncinya adalah FOSS yang merupakan singkatan dari Free and Open-Source Software. Tidak semua yang open-source gratis ya. Open-source itu cuma koding software-nya dibuka untuk umum sehingga bisa dilihat dan dimodifikasi oleh siapapun, penggunaannya tidak melulu gretong. FOSS ini cocok untuk saya dan ente yang kismin maupun “merasa” kismin.
Opsi pengganti FL apa dong, Freguso? ada LMMS, yang fitur-fiturnya menyerupai FL, tapi gratis. Gratis sak parkir-parkir e barang. Fiturnya memang belum se-george FL, tapi lebih dari cukup untuk bisa produksi musik dengan baik dan benar. Cobain deh, kayak kurt. Ada juga Audacity yang bisa dipakai untuk audio-audio-an. Saya rasa permusikan tidak bisa lepas dari yang lain, misal untuk pembuatan artwork bisa pakai Inkscape (pengganti Coreldraw) atau GIMP (pengganti Photoshop). Untuk ngetik press release bisa pakai LibreOffice. Ada buanyak opsinya dan di tahun 2024 ini sudah mantap-mantap fiturnya, boleh diadu dengan yang software komersial.
Memproduksi musik itu, dalam hemat saya, cari berkah, bukan cari masalah. Sudah liriknya ngajak maksiat, produksinya pakai software bajakan, dan dipentaskannya sambil cover lagu orang tanpa memberi royaltinya. Hak-hak orang lain dilanggar untuk ego kita. Alunan melodi diatas sakit hati manusia dan alam semesta.
Ini semua diatas menceritakan saya sendiri lho ya, kalau kalian tersinggung ya berarti tujuan saya yang terselubung juga tercapai. Tercapai, bukan tergapai, tapi paling lelah.
Jogja, 21 Juni 2024
Jono Terbakar
*foto oleh Asyam Ashari (@topiputih)