*Tulisan ini adalah bagian dari Curhat Musikal oleh Jono Terbakar yang terbit seminggu sekali setiap Jumat, insyaallah. Foto oleh Asyam Ashari @topiputih
Waduh, hampir lupa lagi hari ini harus nulis. Maklum partikelir dan modal nekat aja nulis mingguan disini. Ditulis sambil menunggu di Stasiun Pasar Senen yang akan mengantarkanku ke 3xsehari manggung besok 27 Juli 2024 (semoga sehat dan berkah). Semoga nikmat yaa tulisan kali ini.
Diam-diam, aku tuh meneng-meneng. Eh, maksudnya, diam-diam aku tuh bismania. Suka coba-coba bis, tapi engga sesuka itu sih. Jadi aku batalkan klaimku dengan bismania yo, clear.
Menurut pengamatan ogut, masing-masing perusahaan otobus (PO) punya genrenya masing-masing. Rosalia Indah yang membawaku dari Ciputat ke Giwangan mendendangkan full lagu pop yang dikeroncongkan. Bukan seleraku, karena beberapa lagu dipaksa kerontjong. Musik aja dipaksa, apalagi manusia-manusia dihadapan realita. Rosalia Indah perlu diteliti lebih lanjut, soalnya dulu dangdutan tapi sekarang beberapa kali yang saya naiki ndak tuh. Everybody’s changing katanya Keane (Roy?).
Sumber Alam, cukup sering saya naiki 3 tahun terakhir, genrenya cenderung dangdut koplo. Tapi yang menarik, ada sedikit kegelisahan tercermin menurut penuturan salah satu sopir waktu saya ngobrol. “Sejak masuk (red:tiketnya tersedia di) Traveloka, yang naik wangi-wangi, Mas. Muda-muda. Kemarin ada mbak-mbak ketok wudele dan keleke”, curhat sang supir. Artinya ada pergeseran segmen yang dalam hemat saya dangdut koplo itu bisa jadi terhalang earphone bluetooth mereka yang enggan ndangdutan. Koplo yang terhambat.
Tapi pernah juga, waktu naik Sumber Alam lainnya lagunya pop lawas indonesia. Dari Jogja sampai Bogor. Sepertinya supir atau kernet punya peran sebagai DJ atau Music Sellector.
Sekarang ini, banyak bis-bis yang kelasnya super eksekutif dan mahal-mahal. Tentu segmen pasarnya beda, dan ogut liat semakin banyak hiburan on demand di masing-masing kursinya. Kolektifitas tergerus sebab semua makin punya selera masing-masing. Musik bisa sesensitif itu ya ternyata. Tapi ya gapapa lah ya, apapun minumannya yang penting minumnya Teh Botol Sosor kata Bang Sumanto.
Oya, aku pernah naik DAMRI Bogor-Jogja, 200k sekali jalan. Musiknya beda lagi. Supir tidak memutar musik, tapi dari dalam sanubariku keluar musik yang berulang. Liriknya begini “Kebelet pipis, kebelet pipis”. Nasib naik bis tanpa toilet je haha weleh tenan.
Pasar Senen, 26 Juli 2024
Jono Terbakar