Long Live the Crowdsurfer!

Search
Close this search box.

AK//47 Merilis Album Keempat ‘Menari Dalam Abu Algoritma’ dan Menandai 25 Tahun Eksistensinya

Unit grindcore, AK//47, mengumumkan perilisan album keempat mereka yang berjudul Menari Dalam Abu Algoritma, menandai 25 tahun perjalanan band asal Semarang ini hingga berimigrasi di Oakland, Amerika Serikat (AS).

Album yang dirilis di Indonesia oleh Disaster records dalam format kaset ini berisi 10 lagu grindcore dan crust, dengan lirik yang sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia. Tema sosial dan politik yang diangkat dalam lagu-lagu ini mencerminkan situasi di Indonesia, khususnya dari perspektif seorang imigran. Garna Raditya, frontman dari band, berbagi tentang perjalanan AK//47 yang telah bermigrasi ke Amerika Serikat sejak 8 tahun lalu dan bagaimana pengalaman tersebut membentuk band ini dalam babak baru di skena Bay Area, California.

“Dinamika kehidupan sebagai imigran membentuk bagaimana AK//47 menjadi saat ini. Grindcore menjadi platform untuk menyadari akan kejadian-kejadian ketidakadilan, mengaktualisasikannya menjadi karya, dan menyerap pengaruh lokal di pusaran global. Melalui musik, juga menjadikan AK//47 sebagai taman bermain yang kami rawat hingga sekarang. Dengan ini, terasa menjadi manusia seutuhnya ditengah gempuran dunia tontonan,” jawab Garna penuh refleksi.

Dalam musik, AK//47 juga menjadi saksi kembalinya geliat skena Bay Area pasca COVID-19, dengan banyaknya band-band baru yang bermunculan di East Bay, California. AK//47 berada di pusaran ini, turut menyaksikan dan berpartisipasi dalam perkembangan skena musik yang kembali hidup.

Album Menari Dalam Abu Algoritma menyampaikan pesan-pesan kuat melalui lagunya, mengajak untuk mendengarkan generasi muda demi keseimbangan sudut pandang dan meruntuhkan feodalisme, mengkritik kekejaman oligarki yang merampas tanah adat, dan menggambarkan spontanitas perlawanan terhadap otoritas. Album ini menekankan kesadaran alam semesta melalui meditasi, mengkritik manusia yang terperangkap dalam algoritma dan media sosial, serta menyoroti pentingnya nilai gotong royong yang mandiri tanpa intervensi negara. Sikap kritis dan marah terhadap pemerintah dianggap penting untuk menciptakan energi kreasi, sementara perlawanan dianggap sebagai bagian dari menjaga kewarasan dan kebebasan pikiran. Album ini juga menceritakan para korban oligarki yang terus menghantui kekuasaan dan mengajak untuk memahami bencana sebagai cara alam menjaga keseimbangan hidup.

Setelah hengkangnya drummer Greg Paiva, AK//47 kini menyisakan Mike Calvert pada bass yang bergabung pada 2021 silam. Bersama Garna, AK//47 kini fokus menulis materi baru dan merencanakan tur mendatang.

Menari Dalam Abu Algoritma sudah tersedia di semua platform musik digital, dan kaset fisiknya dapat diperoleh melalui Disaster Records.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles