“Notification, Notification, Notification” adalah album perdana dari grup band beraliran psychedelic ‘mutant’ rock asal Surakarta, Catwari. Berdiri sejak tahun 2019, grup yang kini dipunggawai oleh Ridwan Maulana (drum), Rafif Annasai (gitar), Reza Zulfikar (keyboard,sythesisizer, flute), Gagas Pradana (bass & vokal), dan Faris Momon (gitar & vokal) menampilkan delapan lagu didalam album barunya tersebut. Diantaranya; Omnicient, Interdependence pt.I, Interdependence pt.II, Stoner Legal in My Room, Catasthrope, I Don’t Know Why, Deadly Whisper, dan Undisrable Place. Lagu-lagu dalam album barunya ini juga menyajikan perpaduan berbagi unsur genre musik, seperti blues, jazz, keroncong, kraut rock, hingga noise.
Dalam prosesnya, album ini cukup menguras energi dan emosi kami. Kami sempat kehilangan seluruh file materi album kami sebanyak 3 kali (dalam rentang waktu 2019-2022). Mulai dengan adanya kendala teknis sampai kehilangan hardisk, dan kecerobohan tidak adanya file backup cukup menampar kami.
Namun dalam rentang waktu kegagalan merilis album dari rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, kami (Catwari) melakukan beberapa eksperimen guna mengganti dan mengisi kekosongan waktu tersebut, seperti merilis 2 EP yang berisi beberapa lagu kami yang diaransemen ulang dalam bentuk 8-bit version (berisi 6 lagu) dan keroncong (berisi 4 lagu). Selain itu, kami juga melakukan beberapa serangkaian kegiatan seperti Garage Show di Reyoks House (kontrakan Momon), Live Session dengan tajuk “Issolation Show” di Biru Studio, Konser Charity dengan bermain 5 jam nonstop, hingga tur ke Jawa Timur (Exodus to EJ Tour) di tahun 2022.
Sedikit cerita mengenai hadirnya 2 EP yang kami luncurkan sebelumnya, sebagai upaya menyiasati kegagalan rilis album dari rencana yang telah dijadwalkan. Adalah Momon yang pertama meberi ide ini. “kita kan sudah beberapa kali gagal dalam usaha merilis album, bagaimana kalau mengeluarkan EP atau mini album terlebih dahulu tapi dalam bentuk yang beda, seperti 8-bit dan keroncong ?”. Dan langsung saja para personel lain, seperti Ridwan dan Gagas menyetujuinya.
2 EP itupun akhirnya kami kerjakan secara pribadi (dari recording, editing, mixing, hingga mastering), dan kami kerjakan pada beberapa tempat untuk melangsungkan prosesnya. Tempat-tempat itu diantaranya adalah Reyoks House (kontrakan Momon), Mantul Studio, dan Rumah Kolaborasi (kontrakan Gagas sebelum kini pindah). Alat-alat audio yang kami gunakan selama proses 2 EP tersebut pun juga sekelas Home Recording ala kadarnya−yang penting rekaman lalu rilis, pikir kami. Pun dengan alat musik keroncong, seperti cak, cuk, dan cello petik yang kami pinjam dari teman-teman. 2 EP tersebut hingga saat ini masih dapat dinikmati di berbagai platform musik.
Pemberian nama “Notification, Nofification, Notification” untuk judul EP dan album perdana ini, dimulai lewat obrolan tengah malam antara Momon, Ridwan, dan Gagas yang waktu itu berada di beranda WoodHouse (kontrakan Ridwan sebelum kini pindah). Dipilih sebagai representasi lagu-lagu pada album kami−lewat lirik-liriknya yang menyampaikan pengingat/pesan kepada kita sebagai manusia, dalam hubungannya dengan sesama : manusia, alam, hingga Tuhan. Seperti, misalnya pada Omnicient yang mengisahkan bahwa seluruh babak kehidupan manusia di dunia akan senantiasa diawasi oleh Yang Maha Kuasa−baik suka maupun duka, dan tugas kita hanyalah menjalani hidup ini sebgaiamana adanya. Atau pada Excess Love (nama lagu sebelum akhirnya berganti menjadi Interdependence pt.II) yang menyatakan bahwa sesungguhnya cinta tidak melulu ditujukan kepada manusia saja. Cinta begitu luas; kepada alam maupun kepada Yang Maha.
Bicara tentang album kami, secara garis besar kami gambarkan seperti notifikasi pesan pada handphone anda. Dimana untuk mengetahui keseluruhan isi pesan tersebut harus membukanya.
Sama halnya dengan album ini. Kami hanya memberikan pemberitahuan bahwa kita sebagai manusia memiliki batasan – batasan dalam hubungan antar mahkluk. Dan untuk mendalaminya kalian harus membuka diri dan pikiran kalian untuk merenungi apa yang telah kalian perbuat.
Apakah kalian sudah melewati batas? Apa akibatnya? Temukan jawabanya pada diri kalian sendiri. Tak pelak, album ini sendiri juga kami sebut sebagai ayat Habbluminnallah, Habbluminannas.