Pulau Lombok dengan beragam keindahan pantainya, kerap menimbulkan kesan ritme hidup yang lambat, tenang nan santai. Namun dibalik ketenangan dan indahnya bibir pantai, masih ada debur ombak dan gelombang laut yang dinamis. Seperti hal-nya hidup yang sering kali berjalan tak menentu.
Dari pulau yang nyaman, Brakeless terbentuk pada tahun 2017. Band ini awalnya dibentuk oleh dua sahabat karib bernama Timmy (Gitar 1), dan Kemal Anarki (Gitar 2). Demi mematangkan materi lagu, selama 6 tahun mereka menggodoknya di dalam studio sembari menjalankan rutinitas keseharian mereka. Baru pada tahun 2022, ketika membantu The Dare Javakensi Tour, mereka dipertemukan dengan Adji dari The Jansen oleh sahabat mereka bernama Fiyo, di Demajors Store yang berlokasi di bilangan M Bloc Jakarta. Pertemuan tersebut adalah cikal bakal bergabungnya Adji bergabung dengan Brakeless sebagai bassist.
“Kami memilih Adji sebagai bassist itu simple sih, karena kita kagum dengan bagaimana dia mengisi part bass di lagu-lagu The Jansen. Sederhana tapi keren. Apalagi basiknya dia kan punkrock dan musiknya Brakeless turbo pop, jadi diajak main ngebut pasti aman lah. Selain itu ya dari awal ketemu kitanya udah langsung klik duluan siih”, ungkap Timmy mengenai pemilihan Adji sebagai bassist Brakeless.
“Awalnya sebelum pertemuan di M Bloc itu, jauh-jauh hari gue udah dengerin demo lagu-lagunya si Brakeless. Kebetulan juga musiknya Brakeless juga jenis musik yang gue konsumsi sehari-hari dan di Indonesia sendiri belum banyak yang mainin musik kayak Brakeless. Jadi ketika gue diajakin buat gabung, ya langsung gue gas aja”, tambah Adji.
Sejak terbentuk 6 tahun silam, mereka telah sepakat membawakan genre bernama Turbo Pop. Dengan jargon “Kami Suka Turbo“, Brakeless menyajikan musikalitas yang cepat dan to the point. Alih-alih terpengaruh dari musik dari barat, turbo pop yang mereka mainkan malah terinspirasi oleh musisk popular dari daerah Lombok yang disebut “Cilokaq”, sebuah musik gambus khas Lombok yang sering dimainkan sebagai hiburan dan musik pelepas lelah.
Setalah 6 tahun berkutat di studio, akhirnya pada 10 Februari 2023, Brakeless merilis debut single-nya yang berjudul ‘Wirase, Wirage & Wirame’ di beberapa layanan musik digital melalui label rekaman yang juga berasal dari kota Mataram, Darelink Records. Judul tersebut diambil dari simbol suku Sasak di pulau Lombok. Simbol tersebut mengandung tiga sifat yang wajib dimiliki oleh seorang Pepadu (laki-laki) dalam Peresean yang memiliki makna maskulinitas. Peresean ini dulunya merupakan luapan emosional para raja dan para prajurit di masa lampau setelah memenangkan pertempuran di medan perang.
Sekilas tentang makna lagu ‘Wirase, Wirage & Wirame’
Wirase merupakan cara pepadu dalam menggunakan perasaannya. Wirage kondisi raga atau fisik yang kuat agar mampu menghadapi lawan, dan Wirame adalah suatu bentuk gerakan seperti menari yang dilakukan oleh pepadu agar mampu menghindari rasa tegang dan menjadi cara untuk mempengaruhi lawan. Melalui single ini, Brakeless ingin menuangkan semangat dari Wirase, Wirage & Wirame, sebagai simbolik perlawanan di masa kini melalui frekuensi musik.
“Sederhananya, harapan kami sih energi dari lagu ini mampu menjadi musik pengiring atau soundtrack dari modernitas yang serba cepat. Tapi perlu diingat juga, untuk menghadapi persaingan yang serba cepat, lebih baik kamu memperhatikan pesan dari Wirase, Wirage & Wirame, agar setidaknya kamu punya bekal”, tutur Kemal mengenai makna dan pesan dari debut single Brakeless.
Rilisnya single ‘Wirase, Wirage & Wirame’ ini menjadi permulaan dari Brakeless untuk memperkenalkan karya-karya mereka selanjutnya dalam mini album yang direncanakan rilis tahun 2023.
Untuk kamu yang sedang bergelut dengan rutinitas serba cepat, single ini sangat cocok kamu dengarkan sebagai teman pengiringnya. Mulai dari berebut ruang di KRL, absensi pagi, hingga bersaing di dunia maya.
