Long Live the Crowdsurfer!

Search
Close this search box.

Curhat Ditinggal Nikah, Akadama Telurkan “Patah Hati Itu Asu”

Usai berkolaborasi di area Trip Hop lewat ‘Kundera’ dengan Portelea, mencoba Boombab Funk dengan Umon (Wanirekoso dan Uncle T) dalam ‘Bungkam’, dan merapal di ‘Sakafaka’ bersama Borje, Akadama merilis single berjudul ‘Patah Hati Itu Asu’ ke kanal Youtube Musik Jogja. Berbeda dengan kolaborasi lainnya, Akadama memilih pop sebagai medium.

“Dia (Akadama) enggak punya kanal Youtube sendiri, jadinya numpang rilisnya,” kata Hanni.

Lagu ini dibuat keroyokan di markas besar Got Blues You selama satu malam. Mulanya Akadama bikin kerangka lagu via aplikasi Garage Band lalu memaksa Gatra Laringal (GIE) mengisi melodi gitar sekaligus mengoperatori rekaman. Hanni Mitsurugi (jurnalis), desainer grafis Azka Maula Satyananda, serta juru gebuk Godspeed dan Dom 65 Kemal diseret mengisi vokal latar. Kemal bersama Gatra berbagi tugas mixing serta mastering. Setelah selesai, estafet single beralih ke tangan Aska untuk dibuatkan Artwork.

“Kami semua dipaksa kolaborasi dalam satu malam. Fals enggak pokoknya suara masuk, begitu juga Gatra yang enggak boleh ulang track melodi. Habis itu saya juga repot bikin artworknya, tapi menyenangkan juga sih, enggak ada beban,” beber Azka.

Durasi lagu singkat, di bawah tiga menit. Lirik juga singkat, hanya bagian reffrain yang repetitif. Sisanya permainan gitar Gatra yang tak boleh diulang, tanpa konsep, yang penting cocok dalam kepala Akadama. “Bedebah memang Akadama ini. Semuanya harus sekali track, bikin lagu enggak mikir. Saya kira habis reff ke-2 mau ada lirik lagi eh taunya saya disuruh main sampai habis, keluh Gatra.

“Nah, kami juga enggak tahu maksudnya dia sok-sokan jadi penyiar radio di awal lagu itu apa. Enggak penting,” sambung Kemal.

‘Patah Hati Itu Asu’ sebenarnya replikasi momen kepatah hatian Akadama ketika ditinggal nikah kekasihnya medio 2012 lalu. Waktu itu Akadama ‘dipaksa’ memilih lalu menyaksikan kekasihnya ijab dengan orang lain. Namun banyak kawan sampai ibu Akadama yang memberi semangat di tengah kepahitan yang terpaksa dia telan. “Saya percaya dia ada di ujung puisi yang tak pernah bisa saya selesaikan. Jadi saya selesaikan lewat lagu saja, biar tuntas segalanya,” tutup Akadama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles