Penantian enam tahun akhirnya benar-benar berakhir. Grup musik alternatif, Heals, telah resmi merilis album penuh keduanya berjudul Emerald. Keempat personil; yakni Alyuadi Febryansyah (Vokal, Gitar), Reza Arinal (Vokal, Gitar), Octavia Variana (Vokal, Bass), dan Adi Reza (Drum); mengklaim bahwa album ini menjadi perwujudan level bermusik selanjutnya dari band asal Bandung ini.
“Kalau soal pendewasaan, itu sudah pasti. Saya rasa semua musisi pasti bertambah dewasa di album keduanya,” tutur Alyuadi terkait tanggapannya atas perilisan Emerald. “Mungkin bagi Heals sendiri, album ini penuh dengan proses dan pengalaman berkesan yang terjadi secara kolektif. Mulai dari proses kreatif yang baru hingga eksplorasi dalam hal produksi yang lebih bebas. Semua itu kami lakukan bersama-sama, literally, di dua buah rumah di jalan Zamrud (Bandung) yang menjadi asal munculnya nama Emerald.”
Seluruh materi di Emerald memang seolah mengingatkan pendengar akan kepiawaian Heals dalam menghadirkan kejutan, baik dari sisi genre, instrumen, hingga tema lagu. Jika dibandingkan dengan album pertamanya, Spectrum (2017), Heals menjelajahi lebih banyak elemen musik, menerobos batasan-batasan shoegaze, nu gaze, atau alternative rock. Hal ini tergambar jelas pada “Supra”, sebuah single yang diawali dengan sentuhan elektronik dan riff gitar, sebelum “menjebak” ekspektasi pendengar dengan progresi musik khas mereka. Lagu ini sendiri merupakan enkapsulasi perasaan kesendirian dari para personil Heals yang dikemas dalam ilustrasi akhir dunia.
“Kami berharap pendengar menginginkan sesuatu yang ‘lebih’ setelah mendengar album ini, sekaligus merasakan pengalaman estetika yang baru dan menyegarkan,” imbuh Alyuadi.
Sebelum “Emerald” dirilis, Heals telah merilis tiga single sebagai pengantar untuk “mempersiapkan” telinga pendengarnya. Nomor pertama adalah Weathre, sebuah refleksi abstrak dari masing-masing personil yang sebagian besar terjadi ketika pandemi. Egi Hisni (Fuzzy, I) dipercaya sebagai sutradara video musik dari Weathre yang sudah bisa disaksikan di kanal YouTube Heals.
Dua single berikutnya, Air Emas dan Are You Ready, hadir salah satunya berkat campur tangan Helvi Sjarifuddin (FFWD Records). Hal ini diamini pula oleh Alyuadi. “Beliau sempat ‘memancing’ saya untuk membuat lagu yang strukturnya lebih simple dan relate ke orang banyak,” kenangnya. “Dari situ lahir beberapa lagu, dua di antaranya adalah single ini.” Air Emas adalah lagu bahasa Indonesia yang berawal dari ide sederhana, membicarakan menu makanan yang disantap para personil. Premis tersebut kemudian dibalut dengan aransemen perpaduan berbagai genre musik, serta alunan vokal melodius sebagai cherry on top. Seperti berjodoh, lagu ini bertemu dengan ahlinya, Anggun Priambodo, yang mampu menginterpretasikan tema yang cukup nyeleneh ini menjadi video musik untuk ditonton di YouTube FFWD Records.
Sedangkan Are You Ready, yang rilis 16 Oktober lalu, ternyata menjadi lagu bernuansa melankolis yang menyegarkan. “Bisa dibilang ini adalah upaya saya keluar sejenak dari citra ‘penulis lagu ‘pusing’,” ucap Alyuadi.
Emerald sudah bisa didengarkan di seluruh platform streaming per tanggal 6 November ini, dirilis oleh FFWD Records dan dipromosikan oleh Microgram. Selain nama-nama tersebut, Heals juga bekerja sama dengan beberapa figur penting dalam proses pembuatan Emerald. Mulai dari Kenny Reyhansyah selaku illustrator, Yudha Rahdyan dan Rezki Delian selaku Sax dan perkusi di lagu Oxymoron, Dissa Kamajaya yang mengisi synth di Tasteless, serta masih banyak nama lainnya.
Album ini menjadi penanda kembalinya Heals dengan karya baru, sekaligus pernyataan kesiapan mereka untuk merengkuh pencapaian-pencapaian berikutnya setelah sempat mencicipi panggung-panggung bergengsi seperti Laneway Festival Singapore (2018), Synchronize Fest, hingga Soundrenaline.