Long Live the Crowdsurfer!

Search
Close this search box.

Hindia & Dipha Barus Rilis Lagu Beraroma Gospel

Menyambut awal tahun 2021, Baskara Putra alias Hindia melepas karya terbarunya. Dirilis oleh Sun Eater di platform-platform digital pada 15 Januari 2021, “Tidak Ada Salju di Sini, Pt. 7” adalah bagian terbaru dari Tidak Ada Salju di Sini, seri lagu yang “menggambarkan bagaimana rasanya bulan Desember dalam konteks Natalan sebagai orang Kristen di Indonesia. Fokusnya lebih ke aspek sosial, bukan agamanya,” kata Baskara.

Setelah “Tidak Ada Salju di Sini” bagian 1-4 oleh Enrico Octaviano, Petra Sihombing, Herald “Krautmilk” Reynaldo dan Hindia dirilis dalam mini album Tidak Ada Salju di Sini pada akhir 2018, disusul dengan bagian 5 oleh Petra dan Enrico yang dilepas di akhir 2019, kini “Tidak Ada Salju di Sini, Pt. 7” hadir dengan melibatkan Dipha Barus sebagai produser.

“Bas mengajak buat lagu dengan pengaruh gospel,” kata Dipha, yang pada tahun lalu merilis versi remix lagu Hindia yang “Secukupnya”. Awalnya produser yang kini berdomisili di Bali itu berencana membuat lagu “yang kayak terpengaruh Spiritualized atau Screamadelica-nya Primal Scream.” Namun dalam proses penggarapan di studio, terciptalah lagu yang menurut Dipha merujuk pada The Edwin Hawkins Singers, We Will Always Love You oleh The Avalanches, Jesus Is Born oleh Sunday Service Choir dan Blue Lines oleh Massive Attack.

 Usai penggarapan aransemen oleh Dipha, Baskara mengajak Mohammed Kamga untuk membuat notasi melodi vokal. “Gue membayangkan ini Kanye West banget. Terus Baskara bilang, ‘Di kepala gue juga bayangannya Kanye West. Jadi coba aja lo bikin notasi sesuai, dan gue akan berusaha menyanyikannya,’” kata Kamga. “Gue merasa ini kayak Kanye West tapi agak rock.  Kedengarannya menarik.”

Selain itu, Baskara juga meminta Kamga untuk menambahkan paduan suara. “Tapi di kepala dia, koornya bukan koor yang riang. Koor yang perih,” kata Kamga, yang mengaransemen dan mengisi bagian koor bersama Kristian Wirjadi, Michael Sean Fathony dan Christa Parengkuan dari Kancatala Ensemble. Lagu ini dilengkapi dengan isian gitar oleh Petra Sihombing, salah satu pemain utama di seri Tidak Ada Salju di Sini.

“Tidak Ada Salju di Sini, Pt. 7” dibuka dengan bunyi monitor detak jantung pasien COVID-19 yang direkam Dipha, lalu digabungkan dengan suara anak kecil yang melafalkan Doa Bapa Kami. Ternyata bukan itu saja dampak COVID-19 terhadap lagu ini. “Pas mixing sama sound design, gue lagi parah-parahnya kena COVID,” kata Dipha. Akibatnya, lagu ini baru bisa dirilis pada pertengahan Januari dan bukan di akhir Desember seperti bagian-bagian sebelumnya.

Dari segi lirik, “Tidak Ada Salju di Sini, Pt. 7” kembali mengungkapkan keresahan yang dialami sebagai umat Kristiani di Indonesia. Aksi teror yang terjadi di Sigi ketika lagu ini sedang dibuat seakan-akan menjadi pengingat bahwa perjalanan masih panjang untuk menuju toleransi yang sesungguhnya. “Ya, benar-benar cuma bisa nyanyi. Ini kayak pengalaman kolektif yang orang Kristen rasakan di sini,” kata Baskara.

“Pas gue dengar liriknya Bas pertama kali, mata gue berkaca-kaca,” kata Kamga, yang kebetulan bukan orang Kristen tapi sedikit banyak paham tentang diskriminasi. “Gue merasakan banget ceritanya. Gue merasakan banget perihnya, gue merasakan sakitnya jadi seorang minoritas. Ketika lo merasa rumah lo enggak membela lo.”

Dengan demikian, tampaknya akan terus ada bagian baru dari “Tidak Ada Salju di Sini” selama kondisi masih seperti ini. “Harapannya bisa lanjut terus proyek ini. Sangat personal buat gue, dan gue plus kawan-kawan berkomitmen bahwa lagu ini enggak melibatkan uang. Semua dikerjakan ikhlas dari hati, jadi sentimennya memang beda,” kata Baskara.

Walau begitu, rasanya tidak ada salahnya untuk terus berharap dan berusaha agar keadaan menjadi lebih baik untuk kita semua. Amin!

Gimana feels nya lagu ini fren? Gospel bangettt ga?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles