Duo Sukatani berasal dari Purbalingga, Jawa Tengah yang aktif dalam gerakan sosial dan lingkungan hidup akar rumput. Hal ini terpapar secara lugas dan tajam dengan dialek Banyumasan dalam lirik lagu mereka di album Gelap Gempita. Di tengah lazimnya musik Hip Hop, Folk, Hardcore Punk, dan Indie-Rock dalam aktivisme di Indonesia, Sukatani memainkan musik Post-Punk dengan sensibilitas New Wave yang kental. Nada-nada gelap Gothic-Rock berpadu-padan dengan melodi New Romantic hingga keceriaan Synth-Pop. Sebuah racikan unik yang mengingatkan kita pada Le Tigre, unit dance punk-nya Kathleen Hannah (Bikini Kills).
Hal ini tak lepas dari fenomena selera musik lintas genre dalam pergerakan politik anak muda di Indonesia dan bagaimana sifat maskulin nan garang mulai bersanding dengan budaya populer yang feminin; seperti munculnya dance K-pop dalam aksi-aksi massa. Lantai dansa tak lagi terisolir di ruang hedonis saja, ia kini turut mengokupasi wahana protes. Protes adalah hak semua orang dengan beragam selera, attitude, kelas, hingga gender.
Selain menyuarakan kemuakan atas kebobrokan sistem dan kebatilan kuasa, Sukatani juga mengingatkan kita betapa pentingnya suara-suara tersebut disalurkan melalui sulur-sulur seni populer yang diamplifikasikan dalam ranah akar rumput. Mari kita bergoyang dan bernyanyi ramai-ramai merayakan mosi tidak percaya pada kebijakan politik para penguasa kapitalis
UNDUH BEBAS/FREE DOWNLOAD: