Pada rabu (6/3) awal bulan maret lalu Koloniradio siaran pendapa kedatangan Trigga coca musisi hiphop asal klaten. Dalam siaran yang di pandu Zakki dan Andreas Leksana (Lokal Jajan) itu berlangsung kurang lebih 2 jam ngobrol tentang perjalan musik Trigga coca sampai proses penggarapan single terbarunya Wagwan. Berikut keseruan interviewnya
Koloni Gigs (KG): Lagi sibuk apa akhir-akhir ini Trico?
Trigga Coca (TC): Sibuk menikmati fatherhood haha
KG: Kapan Trigga Coca pertama kali bermain musik? Band pertama kali?
TC: Kalo musik dari kecil sih ya, cuma dulu waktu SD lebih suka menggambar dan melukis karna saat itu ada paman yang pelukis dan sering diajarin teknis lukis gitu. Malahan untuk nyanyi di depan kelas aja waktu music class ga keluar suaranya haha. Baru ketika masuk SMP aku pindah dari Salatiga ke Klaten untuk pertama kalinya punya band dan jadi singer. Karna saat itu setiap kelas minimal punya satu band, dan saat itu juga baru aku menyadari “ternyata bisa nyanyi juga ya” haha setelah itu my life is all about this sh*t. Makanya aku sempat cerita kalo awal awal mulai melukis lagi barangkali 2019 atau 2020 lalu, itu kemudian membuka ingatan bahwa sebelumnya jadi pelukis adalah cita-cita waktu kecil i mean instead of being musician.
KG: Terus mainin musik apa band pertama itu?
TC: Awalnya lagu lagu pop-rock kala itu aja, terus mulai kenal sama punk rock, jadi cover-cover NOFX, MxPx, Green Day, SUM41, No Use For a Name gitu gitu lahh. Baru akhir SMP itu band yang sama, mulai ganti personil dengan anak-anak di luar sekolah jadilah band Hardcore/Metal ku yang jalan cukup lama, mungkin bisa dibilang sampai sekarang sih.
KG: Kemudian gimana bisa dari Hardcore itu ke Hip-Hop?
TC: Yang jelas saat itu anak-anak di scene Hardcore-Punk pasti dengerin homicide kan. Dan barangkali itu artist Hip Hop yang lagunya bener-bener bisa aku dengerin saat itu. Nah disaat yang bersamaan aku nyemplung di scene skate. Jadi cukup terpapar dengan soundtrack-soundtrack video skate saat itu, yang aku ingat kaya Lil Wayne, Fly Society-nya Terry Kennedy, Young Buck, pokoknya terutama soundtrack dari ITS OFFICIAL-nya DGK. Dari 2 sounds Hip-Hop yang jauh itu akhirnya mulai digging. Dan kala itu sama sekali ga bisa dengerin boombap, G-funk, bahkan susah banget untuk bisa dengerin Biggie Smalls-Tupac apalagi A Tribe Called Quest dkk. Akhirnya pintunya dari Hip-Hop Hardcore kaya Furious Styles, terus jadi bisa dengerin La Coka, Immortal Tech, Jedi Mind Trick dll. Setelah itu, udah, semua jenis Hip-Hop bisa masuk ke telinga.
KG: Kenapa lebih memilih memainkan Hip Hop new school/trap bukan yang oldschool?
TC: Justru sebelumnya malah main boombap/oldschool dulu, baru tahun 2017 ketika project Trigga Coca pertama muncul ini aku jadi mainin Trap. Waktu itu sebenernya lagi bosen aja setelah ngeluarin 2 EP boombap. Terus penasaran pengen nyobain nulis Trap yang secara teknis penulisan menurutku udah beda aja, dan having fun aja saat itu sebenernya. Ternyata menyenangkan dan justru keterusan.
KG: Untuk single terakhir ini southern trap ya? bisa jelasin sedikit ngga tentang sub genre itu?
TC: Nah itu sebenarnya justru muncul karena pembacaan seorang teman, namanya Baharits. Awalnya aku ga ada rencana untuk secara spesifik bikin single dengan sounds southern trap, karna saat itu Fat Rorry kirim beat-nya dan dari situ kerjain single Wagwan ini. Tapi barangkali secara luas memang karena Trap banyak dipengaruhi sama Southern sounds atau secara khusus karna aku memang mainin southern trap/memphis rap/phonk sama kolektif hip-hop Gnarly Club.
KG: Boleh tuh ceritain sedikit tentang Gnarly Club. Kok bisa membernya jauh-jauhan bahkan antar pulau?
TC: Ya bisa dibilang karena Gnarly Club ini Internet based collective haha. Jadi kami dipertemukan oleh SoundCloud dan grub WhatsApp kala itu. Mixtape pertama dan kedua Gnarly Club itu hanya dirilis lewat SoundCloud. Dan bahkan saat Mixtape pertama “Tribute to Babybeel ” (2019) rilis kami belum pernah saling ketemu. Mungkin satu-dua orang aja yang sebelumnya pernah ketemu karena tinggal di kota yang sama atau berdekatan. Kayanya baru kemudian di tahun 2021 kami full team dipertemukan di sebuah gigs di Jogja, namanya Dungeon Party yang diorganisir sama sebuah kolektif Trap Metal – Digital Ronin.
KG: Okay kita balik ke single yang baru rilis kemarin, Wagwan, kenapa lebih memilih lagu berbahasa Inggris? Apakah akan seterusnya begitu atau ada rencana untuk nulis lagu berbahasa Indonesia?
TC: Karena nulis dengan Bahasa Indonesia lebih susah haha. Sejak awal mulai nulis memang selalu pakai Bahasa Inggris, walaupun sebenernya pernah ngerilis lagu dengan Bahasa Indonesia juga kok, cuma memang belum pernah merasa puas. Disisi lain memang ngerasa lebih tepat atau mudah mengekspresikan apa yang dirasain pakai Bahasa Inggris, karna bahasa punya dimensinya masing-masing kan, tapi sebenarnya aku udah mulai riset dan nyoba menulis dengan bahasa Indonesia kembali. Jadi barangkali setelah ini akan rilis dengan bahasa Indonesia. Wait and see haha
KG: Ceritain proses penggarapan single wagwan dan berapa lama?
TC: Cukup lama single ini dikerjakan, bahkan sebenernya audio sudah selesai mungkin dari tahun lalu. Tapi Rafky sempat revisi verse bagian dia. Prosesnya dimulai Fat Rorry kirim beberapa beat salah satunya beat untuk Wagwan ini. Terus pertama kali dengerin beatnya kata “Wagwan” itu yang muncul di kepala dan dari situ kaya kinda freestyle gitu dapat beberapa bar awal. Pas chorus dan verse pertama jadi, aku udah kepikiran untuk pengen cari rapper lain untuk isi verse keduanya. Kepikiranlah kayanya seru kalo Rafky akhirnya kita link up dan jadilah Wagwan.
KG: Kan single ini kolaborasi, beda kota pula, ada kesulitan waktu penggarapannya?
TC: Untuk audio sih enggak ya, karna lempar-lemparan file lewat internet aku rasa udah biasa dan sering kita lakukan. Cuma kaya yang aku bilang tadi Rafky sempat ganti verse-nya. Justru sebenernya agak kesulitan produksi videonya, karena awalnya aku pengen shoot bareng di Jakarta. Tapi karna ada beberapa kendala teknis dan jadwal yang susah ketemu, yaudah deh kita kerjain secara terpisah.
KG: Terus kenapa pilih kerjasama sama movos.corn untuk produksi videonya?
TC: Nah kalo itu seingetku secara spontan aja aku ajakin Emes (Movos Director) terus kita ngobrol dan Emes tertarik. Kalo kenapa aku ajakinya movos yaa cos they have dopest production on the game right now.
KG: Anyway aku ada sedikit pertanyaan tentang cara anak-anak Hip Hop berpakaian. Untuk kami yang tidak begitu familiar dengan scene Hip Hop kalo aku liat kenapa fashion anak-anak Hip Hop gaul/up to date banget ya? Seperti mereka punya kesadaran fashion itu.
TC: Menurutku ya karna fashion itu bagian dari culture Hip Hop itu sendiri. Barangkali sebenernya sama aja kaya anak-anak metal pakai pakaian serba hitam dengan printed shirt logo atau artwork band metal, punk dengan patch, spikes dan segala atributnya. Kalo kemudian kenapa terlihat gaul mungkin karena Hip Hop inspired style emang lagi di puncak popularitasnya saat ini, sekarang Hip Hop artist merajai chart music bergengsi di dunia, belum lagi ramenya streetwear 10 tahun terakhir. Ditambah pasca Virgil jadi artistic director brand Hi-Fashion sekelas LV, udah gitu sekarang dilanjut sama Pharrell Williams. Maksudnya itu salah satu contoh aja bahwa Hip Hop inspired fashion ini lagi segitunya. Walaupun kalo ngomongin High Fashion, kata Erik Brunetti “high fashion always looks at what skating and street does” sejak dari kemunculannya. Jadi ya gitu lah mungkin karena sekarang trend sedang menjadikan Hip-Hop sebagai kiblatnya.
KG: Bener juga ya kalo kita lihat sekarang malah muncul gaya Y2K, years 2000 ya?
TC: Nah iya, Y2K malah kalo kita lihat ada pengaruh looks punk kan? Estetik Nu Metal 2000 an.
KG: Kalau ngga salah kemarin sempat tour ke Jakarta dan Bandung ya? Bisa cerita sedikit gimana panggungan disana?
TC: Iya itu bareng anak-anak Krazy Brazy untuk release party EP nya Poetrow dan ada release party untuk kolaborasi brand di Bandung gitu. Seru banget, kalo dilihat sekilas crowdnya ramean di Jakarta tapi vibe energinya “mengerikan” di Bandung. Ya dua-dua nya sama-sama seru sih di Jakarta sampe sesak banget, cuma di Bandung gila juga crowd-nya, pada moshing waktu kita bawain materi unreleased dari Bukowzkee sampe ga habis lagunya dan kita disuruh calmdown.
KG: Oiya gimana kalo dibandingin sama antusias di Jogja? Kayanya ga banyak ya yang membawakan Trap di Jogja-JaTeng?
TC: Kalo untuk banyak engganya kayanya sekarang udah mulai banyak ya. Tapi kalo untuk antusias aku rasa untuk Trap emang belum seramai Jakarta-Bandung. Barangkali karna roots Hip Hop Oldschool di Jogja kuat banget kali ya? Trap atau Newschool baru bisa rame dan asik kalo di club-club aja. Tapi menurutku wajar aja, karna era mulainya juga jauh kan. Oldschool udah rame dari jaman JNM 2000-belasan pasca boombap Lopatcos, Bloccalito dengan G-Funk dan rilisnya Re-Atittude – DPMB yang “memaksa” semua jadi boombap-funk saat itu. Terus isu oldschool vs newschool yang walaupun udah ga terasa setajam dulu tapi kayanya masih ada aja di benak para penikmat hip-hop.
KG: Masih relevankah newschool vs oldschool itu?
TC: Entahlah ya, tapi kalo misal dilihat history-nya, cmiiw setahuku sounds trap sejak kemunculan Roland TR-808 yang ga laku di tahun 80an karena sounds drum yang terlalu electronic, akhirnya dijual murah di toko-toko music atau thrift store dan producer-producer muda yang gapunya duit ini akhirnya bisa produksi beat. Kalo dilihat dari itu menurutku sama revolusionernya dengan awal kemunculan hip-hop sendiri kan ahaha. Jadi terlepas dari selera menurutku ga relevan war genre itu.
KG: Okay pertanyaan terakhir nih, rencana Trigga Coca di 2024 apa? Apakah rilis single lagi atau langsung album?
TC: Untuk saat ini yang masuk akal kayanya beberapa single atau barangkali EP dulu. Pinginya sih album tapi sepertinya belum memungkinkan untuk tahun ini. Bareng anak-anak Gnarly Club akan rilis mixtape ke-3, tahun ini. Terus grub hip-hop ku Lavoz juga akan rilis video clip single.
KG: Ada pesan untuk crowdsurfren atau pendegar koloni radio malam ini?
TC: Jangan lupa cek video single terbaru Trigga Coca – Wagwan featuring Rafkyboy dan Fat Rorry. Videonya bisa ditonton di kanal YouTube Movos.corn sedangkan audionya bisa kalian dengarkan di platform musik digital favorit kalian.
KG: Okay thank you Trigga Coca! Sampai ketemu di kesempatan lain.
Youtube:
Spotify:
Website
One Response