Pada Jumat (1/3), Indonesia menjadi saksi atas kedatangan band punk rock internasional, SUM 41, yang menggelar konser epik di Uptown Park, Serpong. Pertunjukan ini menjadi bagian terakhir dari tur global mereka yang berjudul “Tour Of The Setting Sum”, sebelum mereka menutup tirai karir mereka.
Sebelum memulai bagian puncak acara, Ignite, sebuah band melodic hardcore dari California, membuka konser dengan gemilang.
“Apakah semuanya siap untuk malam ini? Ayo kita nikmati bersama-sama,” ucap Eli
Santana, vokalis Ignite, kepada penonton yang antusias.
Para penonton pun dimanjakan dengan performa andalan seperti “Bleeding, The Butcher in Me”, dan versi cover mereka dari lagu U2 yang berjudul “Sunday Bloody Sunday”.
Setelah pertunjukan Ignite berakhir, yang telah dinanti pun tiba untuk tampil di atas
panggung. Dalam suasana yang dipenuhi antusiasme penggemar, SUM 41 dengan cepat mengambil alih panggung.
Mereka memulai malam itu dengan energi tinggi dengan membawakan lagu pembuka, “The Hell Song”, salah satu hits dari album ke-2 mereka yang terkenal, “Does This Look Infected?”.
Berada di tengah-tengah gemuruh penonton, SUM 41 menyajikan deretan lagu-lagu favorit mereka seperti “Somesay”, “Landmines”, “Rise Up”, dan “We’re All To Blame”, memicu gelombang kegembiraan di antara penonton yang semakin terhanyut dalam alunan musik mereka.
Dalam momen tersebut, Whibley juga mengucapkan terima kasihnya kepada para penggemar dan mengumumkan proyek terakhir dari SUM 41.
“Kami akan merilis lagu baru dalam waktu dekat, bulan Maret ini. Namun, ini akan menjadi rekaman terakhir dari kami,” ucap Deryck Whibley.
Reaksi sorak dari penonton menggema menanggapi pengumuman tersebut. Mereka terlihat tidak sepakat dengan keputusan SUM 41 untuk berhenti bermusik.
“Terima kasih atas sorakannya,” tambah Whibley sambil tersenyum.
Deryck, sang vokalis, tidak hanya memimpin band dengan penuh karisma, tetapi juga membangun interaksi yang intim dengan penonton. Dia mengajak mereka untuk berpartisipasi dengan menyalakan lampu senter ponsel, bersorak, dan melompat bersama, menciptakan momen yang tak terlupakan bagi semua yang hadir.
Frank Zummo, drummer band, menampilkan atraksi drum yang memukau, sementara Deryck menghibur penonton dengan memainkan riff gitar dari lagu-lagu ikonik seperti “Smoke On The Water” dan “Seven Nation Army”.
Tidak hanya itu, penonton juga disuguhkan kejutan ketika sebuah tengkorak raksasa muncul dari belakang panggung, menjadi simbol ikonik bagi SUM 41. Selain itu, mereka juga membawakan beberapa lagu dari band lain seperti “Another Brick in the Wall” dari Pink Floyd dan “We Will Rock You” dari Queen.
Sebelum menutup konser, SUM 41 memberikan persembahan yang mendalam kepada penggemar mereka.
Dalam ucapan terakhirnya, Deryck Whibley menyampaikan, “Dari lubuk hati kami yang
paling dalam, kami sangat berterima kasih dan mengapresiasi kalian karena sudah menemani dan mendengarkan kami selama ini, Terima kasih banyak.”
Meskipun pertunjukan akan berakhir, penonton masih terus bertanya-tanya. Namun, secara mengejutkan, SUM 41 kembali ke panggung untuk memberikan penampilan tambahan, menyuguhkan lagu-lagu seperti “Best Of Me”, “Mr Amsterdam”, dan “In Too Deep”, sebelum akhirnya menutup acara dengan lagu perpisahan mereka yang penuh emosi, “So Long Goodbye”.
SUM 41, dengan sejarah panjang dan warisan musik yang kuat, telah memberikan pengalaman yang luar biasa bagi penggemar di Indonesia dan di seluruh dunia. Melalui konser terakhir mereka, mereka meninggalkan kenangan yang tak terlupakan dan menandai akhir dari sebuah era dalam dunia musik punk rock.
Seperti yang disampaikan oleh Deryck, “Selamat tinggal, terima kasih atas segalanya, terima kasih.”
Penulis : Devianne Putri Halliza
Editor : Faiz Adzkia