Long Live the Crowdsurfer!

Search
Close this search box.

Untitled Joy dan Tentang Dua Lagu yang Segera Sampai ke Pendengar

Mini album “Skala Kecil” yang rilis 2021 silam memberitahu banyak hal tentang Untitled Joy. Namun ada dua perkara yang mengemuka. Pertama, album itu memapar kepekaan sekaligus keberanian Adi Ripa (Guitar), Bagus Tomo (Drum), Nico Okada (Vokal), dan Riyan Kresnandi (Bass) menjelajahi banyak musik.

Mereka bergerak, berkecambah ke mana-mana, dari area Post-Punksuka-suka sampai ke Avant Rock. Dengan kata lain, mini album itumedium untuk mempertegas bahwa Untitled Joy bukan band sembarangan dan serampangan. Musik mereka datang dari banyaksedimen atau endapan menahun yang telah dirinci lalu diperas sedemikian rupa sehingga menjadi kesatuan yang padat.

Kedua, Untitled Joy band yang cukup retrospektif dalam memandang realita terutama saat kelas menengah turut menyelam kebudaya populer. “Jingga: Ruang Lingkup Skala Kecil” bicara asmara para pekerja yang kian melekap di hari Minggu. Untitled Joy membawa contoh kasus lain dalam “Jam Terbang”, perkaraband/musisi yang jarang manggung karena tak punya modal bersolek sekaligus memperkuat perwajahan digital.

Dua perkara itu menebal dalam dua single anyar yang segera rilisdalam waktu dekat: “I’m Going Wild” dan “Individu Urban”. Keduanya ditulis Nico Okada, refleksi personalnya terhadap realitas pop Yogyakarta masa lampau yang dipadatkan dalam lirik singkat nan repetitif sehingga ketika ditangkap telinga kisah itu bisa berubahsesuai kehendak pendengar. Entah itu menjauh, mendekat, atauberupa bentuk dan mozaik lain. Suka-suka.

“I’m Going Wild” menampung kekesalan Nico saat menghabiskan sepertiga malam di depan televisi. “Dulu ada film Box Office yang ditayangkan televisi saat tengah malam. Nah, biasanya endingnya, akhir filmnya selalu dipotong demi siaran televisi lokal. Jadinya gantung banget dan bikin kesal sampai mau melakukan banyak halyang liar untuk menumpas kekesalan itu,” kisah Nico.

Sementara “Individu Urban” menampung rasa kecewa Nico terhadap terhadap kawan-kawan yang pindah ke kota lain lalumenjadi orang yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Rasa kecewa dengan kelindan marah tentang bagaimana kota dan waktu menyingkirkan sekaligus mengasingkan hubungan yang dibangun puluhan tahun dengan tragis ia kemukakan lewat analogi atmosfer dan stratosfer dalam lirik.

Di luar kondisi itu, dua lagu itu menghadirkan fragmen ringkas realitas masa silam yang kini tidak banyak dibicarakan anak-anak muda.

Televisi sempat menjadi satu-satunya hiburan yang gampang diakses. Televisi menjembatani nilai dan budaya dari generasi satuke generasi berikutnya. Hegemoni yang dibangun di depan layar melahirkan banyak mimpi anak muda menjadi apa saja, dari musisibeken yang video musiknya tayang di MTV atau Delta sampai diktator yang dicintai banyak orang.

Lalu, hadir pula fragmen ringkas tentang urbanisasi yang dibesarkan Orde Baru (Orba) yang nilai-nilainya diwariskan sampaike generasi hari ini. Bahwa cara paling ringkas dalam memperbaikiekonomi rumah tangga adalah pembangunan neoklasik, cara yang digunakan Eropa untuk mempercepat pemulihan pasca Perang Dunia II. Dengan kata lain, sentra industriliasi besar-besaran di kotayang menarik pekerja dari kampung dan desa-desa.

Sekalipun begitu, fragmen ringkas dan cerita yang Untitled Joy pindahkan ke lagu lewat musik dan lirik bukan rantai untuk mengekang kebebasan pendengar. Bukan pagar untuk menghalangi pendengar melompati imajinasi. Kisah dan fragmen itu adalah bahan bakar bagi Untitled Joy sendiri agar tak lupa, siapa merekadan di tanah mana berada serta sejauh apa kehidupan  membimbing musik dan karya-karya mereka ke depannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles