Long Live the Crowdsurfer!

Search
Close this search box.

Nadin Amizah Rilis Album Penuh Kedua Bertajuk ‘Untuk Dunia, Cinta, dan Kotornya’

Penyanyi dan pencipta lagu Nadin Amizah siap untuk kembali memanjakan telinga dan meluluhkan hati pendengar melalui album terbarunya. Dirilis ke platform-platform digital pada 13 Oktober 2023, ‘Untuk Dunia, Cinta, dan Kotornya’ merupakan karya musisi berusia 23 tahun tersebut yang semakin dewasa serta semakin piawai dalam mewujudkan visi artistiknya, sebagaimana terlihat dari ‘Rayuan Perempuan Gila’, ‘Semua Aku Dirayakan’ dan ‘Tawa’, yakni tiga single yang sudah duluan dirilis serta sekaligus mewakili tiga fase perjalanan cinta yang diceritakan di album ini. Sebuah videoklip untuk focus track berikutnya, yakni ‘Berpayung Tuhan’, akan tayang pada hari yang sama di kanal YouTube resmi Nadin Amizah.

Setelah album penuh perdana ‘Selamat Ulang Tahun’ (2019) bercerita tentang trauma masa kecil dan album mini ‘kalah bertaruh’ (2021) mendokumentasikan hubungan cinta yang menuju kekandasan, Nadin kembali menuangkan narasi yang kuat di album terbarunya. “Tema besar ‘Untuk Dunia, Cinta, dan Kotornya’ tentang menemukan cinta untuk diri sendiri melalui cinta orang lain,” katanya. “Di awal album tentang kebencian diri sendiri, terus di tahap keduanya lagu-lagu romantis untuk orang lain. Nah, aku ingin meleburkan konsep bahwa mungkin harus lewat dicintai orang lain dulu untuk bisa mencintai diri sendiri.”

Terinspirasi oleh hubungan asmara yang sedang dijalaninya dirasakan lebih baik dibanding apa yang pernah dialami sebelumnya, niat awal Nadin memang adalah membuat album berisi lagu-lagu cinta. Namun setelah menulis beberapa lagu usai konser Selamat Ulang Tahun di akhir 2022, menurut Nadin, “Ada yang kurang lengkap karena saat menceritakannya ada tahap yang kelewat, yaitu tahap aku pernah merasa enggak dicintai. Lalu setelahnya aku juga merasa ada yang kelewat lagi, yaitu enggak ingin cinta yang didapat dari orang lain ini berhenti di situ saja. Aku inginnya itu menjadi cerita bahwa aku sudah berdamai dengan diri sendiri, tapi memang langkahnya dari cinta orang lain itu.”

Di samping membedah ketiga fase perjalanan cinta, Nadin juga memanfaatkan ‘Untuk Dunia, Cinta, dan Kotornya’ sebagai sarana untuk meluruskan persepsi yang terbangun dari luar terhadap dirinya, terutama seputar musik dan sosoknya yang acapkali dielu-elukan sebagai “Ibu Peri” yang elegan nan sempurna oleh para penggemarnya. “Dalam perjalanan aku bermusik, aku merasa sekarang sudah dikenal sebagai sebuah warna yang pakem. Katakanlah, aku adalah sebuah warna putih,” katanya. “Nah, aku ada di tahap di mana aku tidak suka dikenal sebagai musisi yang hanya memiliki satu warna, karena saat orang melihat aku sebagai Ibu Peri atau sebagai satu warna putih itu, ada sisi lain yang tidak sanggup mereka terima. Selain punya ide menulis lagu cinta, sebenarnya aku juga punya ide melebarkan akar jadi sesuatu yang lebih kokoh dan serabutan. Sengaja aku ingin banget bikin karya sesuatu yang tidak bisa didefinisikan menjadi satu genre. Ini adalah langkah aku untuk bisa dilihat sebagai sesuatu yang lebih multi-dimensional dibanding aku yang sebelumnya. Kita akan melihat bahwa bagi Nadin, dunianya adalah Nadin, cintanya adalah Nadin. Tapi kotornya juga Nadin Amizah.”

Untuk membantu mewujudkan visinya, Nadin bekerja sama dengan lima produser pilihannya, yakni Lafa Pratomo di lagu ‘Bunga Tidur’, ‘Rayuan Perempuan Gila’, ‘Ah’, ‘Di Akhir Perang’ dan ‘Tawa’; Gusti Irwan Wibowo di lagu ‘Jangan Ditelan’ dan ‘Berpayung Tuhan’; Rifan Kalbuadi di lagu ‘Semua Aku Dirayakan’ dan ‘Kekal’; Will Mara di lagu ‘Tapi Diterima’; dan Rayhan Rizki Ramadhan di ‘Nadin Amizah’. Menurut Nadin, “Aku ingin banget di album ini orang-orang lebih fokus melihat aku sebagai musisi yang sudah lebih mementingkan musikalitasnya dibanding cuma penulisan lagunya. Makanya aku spesifik mengajak produser-produser yang terkenal karena musikalitasnya tinggi. Yang membuat aku merasa cocok dengan produser adalah saat mereka mau menerima masukan dari aku tapi juga mereka cukup kuat opininya untuk bisa melebur dengan karya aku. Nah, aku merasa itu semua terjadi di semua produser aku.” Di samping para produser di atas, Zulqi Ramadhana turut terlibat dalam komposisi lagu ‘Semua Aku Dirayakan’, ‘Kekal’, ‘Tawa’ dan ‘Nadin Amizah’, sementara Sal Priadi dan Teddy Adhitya membantu merangkai nada di ‘Bunga Tidur’.

Alhasil, di ‘Untuk Dunia, Cinta, dan Kotornya’ muncullah lagu seperti ‘Rayuan Perempuan Gila’ dengan irama keroncongnya, ‘Tawa’ yang berupa lagu pop riang nan megah, serta ‘Ah’ yang bernuansa indie pop santai. Ini dipadukan dengan lirik Nadin yang kadang puitis (“Siapa pun aku, kau tangan yang terbuka”), kadang menggigit (“Aku dan pahitku dan kotorku/Persetan siapa aku”) dan kadang manis (“Hei Nadin Amizah/Kutahu kamu”) serta disampaikan dengan vokalnya yang khas dan terdengar semakin intim seolah-olah menyampaikan semua rahasianya ke telinga kita. “Ini benar-benar pendewasaan dalam segi penulisan dan segi musikalitas,” kata Nadin. “Yang aku senang adalah proses pengerjaan album ini kayak sebuah eksperimen yang baru untuk aku, karena tidak mengejar apa yang sudah dilakukan kemarin saat album ‘Selamat Ulang Tahun’. Jadi enggak ada perasaan kayak, ‘Oh, kemarin sudah pernah dikerjakan kayak begitu, jadi besok harus kerjakan kayak begitu lagi.’ Justru aku ingin kayak, ‘Kemarin sudah kayak begitu, kita coba pendekatan yang baru.’”

Berdasarkan berbagai pencapaian yang berkaitan dengan ‘Untuk Dunia, Cinta, dan Kotornya’ sejauh ini, rasanya Nadin tak perlu mengkhawatirkan antusiasme publik kepada album barunya. Dari segi pemutaran lagu, ‘Rayuan Perempuan Gila’ dan ‘Semua Aku Dirayakan’ masing-masing sudah diputar 67 juta dan 20 juta kali di Spotify hanya dalam beberapa bulan saja, antara lain berkat viral di media sosial seperti TikTok. Sementara itu, tiket untuk sesi dengar album pada 27 September lalu serta untuk pertunjukan khusus membawakan lagu-lagu Untuk Dunia, Cinta, dan Kotornya pada 4 November mendatang habis terjual dalam hitungan jam. Lalu ‘Rayuan Perempuan Gila’ pun sudah mendapatkan nominasi AMI Awards 2023 dan berpotensi menambahkan koleksi piala yang sudah didapat Nadin dari ajang penghargaan musik tersebut di tahun-tahun sebelumnya.

Jadi secara data bisa dibilang bahwa ‘Untuk Dunia, Cinta, dan Kotornya’ sudah berhasil diterima. Namun bagi Nadin sendiri, tingginya statistik pemutaran lagu, larisnya penjualan tiket maupun trofi bukanlah indikator kesuksesan karya. “Kalau dilihat dari angka, memang betul kemarin ‘Rayuan Perempuan Gila’ naik banget. Tapi apakah itu akan menjadi sebuah lagu yang legendaris dan berumur panjang? Kita tahu sendiri keviralan adalah sesuatu yang berumur pendek, dan aku tak mau punya karya yang berumur pendek,” katanya. “Harapan aku justru adalah album ini enggak perlu viral. Bukan itu yang aku kejar. Aku ingin karya ini nyawanya sepanjang minimal atau bahkan bisa lebih dari album Selamat Ulang Tahun. Biar jadi sesuatu yang lekat, bukan cuma diterima tapi lekat banget sama pendengarnya.”

Tentu saja, waktu yang akan menjawab apakah album ini akan melekat dengan pendengarnya. Untuk saat ini, mari mengenal kembali Nadin Amizah dengan berbagai dimensinya melalui ‘Untuk Dunia, Cinta, dan Kotornya’.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles