Long Live the Crowdsurfer!

Search
Close this search box.

Pelteras Rilis Debut Album Berjudul ‘Peranjakan’

Setelah melepas maxi-single “Palang” pada Februari dan single “Floren” pada Juli lalu, Pelteras akhirnya merilis album debut mereka pada Jumat (13/10) ini. Berjudul Peranjakan, album ini memuat 12 lagu yang sudah mulai digarap oleh kuartet post-punk/deathrock asal Jakarta ini sejak 2018 lalu.

Melalui rilis pers, band yang diisi oleh Techa Aurellia (vokal), Adam Bagaskara (bass), Achmad Raditya (drum), dan Adam Pribadi (gitar) ini mengungkapkan bahwa album Peranjakan adalah romantisasi atas dialog internal tentang interaksi individu dengan kota tempatnya tinggal. Lagu-lagu dalam album ini bercerita tentang fase-fase personal kehidupan personel Pelteras yang mundane namun penuh kejutan, seakan berkompetisi dengan kota yang membosankan tapi juga terus berubah.

“Lagu-lagu dalam album ini diceritakan melalui perspektif primal kami dalam menghadapi dunia dan peralatannya yang modern, tentang bagaimana identitas dan hubungan antara kita sebagai penghuni sangat dipengaruhi oleh ruang yang kita tinggali. Peranjakan adalah perayaan atas setiap kebahagiaan dan nelangsa yang kita bagi dengan setiap kelokan, lalu lintas, panas, dan hujan di kota setiap hari, setiap malam,” ungkap Achmad Raditya.

Techa Aurellia juga bercerita bahwa album Peranjakan bisa bercerita tentang bagaimana seseorang hidup, melihat dan mengalami dinamika kota, di mana dalam waktu yang singkat banyak hal yang berlangsung dengan cepat. “Membuat kita nyaman atau gelisah, mampu atau tidak berdaya, bisa mengambil langkah atau pasrah saja. Tapi tiba-tiba waktu sudah berlalu, kita sudah menjadi individu di hari ini yang cuma bisa bangga atau menyesal; atau mungkin sebatas merenung atas hal-hal tersebut,” tutupnya. Sedangkan dalam segi musik, walaupun berada di ranah post-punk/deathrock, dalam Peranjakan Pelteras juga memadukan dan membaurkan sensibilitas pop, rock, bahkan sececah new wave ke dalamnya.

“Selain lirik, benang merah album Peranjakan adalah mood atau tone-nya yang gelap, muram, resah, bahkan mungkin sedih. Pelteras bisa sangat konstan atau lempeng di salah satu lagu tapi penuh dinamika di lagu lainnya. Temponya bervariasi di setiap lagu tetapi tetap berada di lingkup yang sama,” ujar Adam Pribadi.

Sampul album Peranjakan menampilkan seseorang bertelanjang dada mengenakan kalung dengan liontin sigil Pelteras; foto yang diambil oleh fotografer muda, Juan Akbar, dan desain sigil yang dibuat oleh seniman asal Surabaya, Dansi. Peranjakan banyak menceritakan kehidupan sehari-hari, sehingga sosok yang terlihat tidak berpakaian ini dirasa dapat secara tidak pandang bulu merepresentasikan siapapun yang merasa hari-harinya dinarasikan oleh lagu-lagu dalam album tersebut.

“Sigil yang ditampilkan dalam bentuk kalung dan keseluruhan rasa foto yang dihasilkan Juan juga memenuhi imajinasi personel Pelteras yang merasa bahwa grup kami juga perlu direpresentasikan secara cantik,” tambah Achmad Raditya.

Sebagai penulis lirik pada semua lagu, Adam Bagaskara menutupnya dengan, “Pada dasarnya, Peranjakan bicara soal bagaimana kota sebagai ruang fisik, gagasan, pemenuh kecukupan, dan lainnya terus bergerak dan mengalami perubahan. Hal-hal ini kami saksikan selama melakukan aktivitas dan mobilitas sehari-hari di Jakarta.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles