Long Live the Crowdsurfer!

Search
Close this search box.

The People Of The Sun Rilis Debut Self Titled EP Dan Video Klip Besutan Anggun Priambodo

Jargon Surabaya kota musik rock mungkin tak bisa dilupakan begitu saja apalagi ketika muncul band di era sekarang yang masih mengusung classic rock dan rock progresif. Salah satunya adalah The People of The Sun. Dwi Pramono (Vocal, Keyboard), Adria Riswinanda (Guitar), Rahmana Wiradanu (Bass, Vocal) Bimo P. Widiyahutomo (Drum) memulai langkahnya sebagai The People of The Sun pada tahun 2021, tahun kedua pandemi. Memulai karir di masa-masa kancah musik sedang tiarap dan kondisi masyarakat sedang muram membuat mereka mempunyai banyak yang dibicarakan terutama dalam bentuk musik. Semua suka duka era tersebut tertuang pada debut self titled EP mereka The People of The Sun. 

Sebenarnya tidak ada tema besar yang terdesain dengan linear pada The People of The Sun EP ini, namun karena dalam lingkup pandemi akhirnya setiap lagu ada hal-hal yang bersinggungan. 

“Secara garis besar sih mungkin ya problem sehari sehari, mulai dari skala kecil (rumah sendiri) sampai skala global seperti “Disintegration” itu lagu tentang pandemi,” ujar Bimo sang drummer.

Lebih jauh lagi, tema yang tersirat dalam EP ini lebih mendekati ke melawan dan bertahan terhadap kondisi yang ada walaupun lelah. Seperti pada lagu Madness yang bercerita tentang stress terhadap kancah politik Indonesia di era 2020-2021 yang membuat para personil The People of The Sun merasa jengah karena dilawan seperti apapun kondisi polarisasi tersebut, tidak akan ada efeknya, karena kita semua akan terus menjadi “lost cause”. Kemudian lagu Disintegration yang menceritakan realita depresi dan sindrom kelelahan akut dalam menghadapi kondisi pandemi. Kemudian lagu Dimensi yang berangkat dari pengalaman sang vokalis di mana tentang perjalanan hidup seorang manusia yang berani untuk mewujudkan apa yang dia ingin dan melawan standar formal life goal manusia yang lazim di masyarakat. Ketika orang-orang setelah lulu kuliah kemudian melanjutkan ke fase bekerja dan akhirnya berkeluarga, sang vokalis berani mengejar passionnya dengan menggantungkan cita-cita di karir musik yang masih dianggap sebelah mata.

“Kayak lulus kuliah terus kerja terus berkeluarga , nah itu kan standarnya kehidupan formal ya. kita main musik dan masih menggantungkan cita-cita di musik, di sini termasuk hal yg masih tabuh untuk ngejar cita-cita sesuai passion,” ujar Dwi Pramono sang vokalis.

Setelah tema-tema bertahan dan perlawanan, ternyata The People of The Sun menganggap rumah adalah solusi dan peraduan terakhir. Hal itu dibuktikan dengan lagu Ingenue dan Tetaplah Pulang. Di mana Ingenue bercerita tentang seorang laki laki yang  punya pasangan dan dia merasakan kecocokan tinggi karena semua hal yg dilakukan pasangannya mirip dengan ibunya. Kemudian Tetaplah Pulang juga menceritakan tentang keluarga di mana tersirat sebuah motto bahwa saat ada masalah apapun dengan orang tua tetaplah pulang karena doa mereka sepanjang masa. 

Untuk aransemen, The People of The Sun mengaku terinspirasi banyak dari Queen, Led zeppelin, Nirvana, Soundgarden, sampai Muse. Namun mereka juga tak melupakan aura noise rock dari Smashing Pumpkin era album Mellon Collie and the Infinite Sadness. Semua influence ini diakui tertuang di EP The People of The Sun.

“Jadi di dalam EP ini itu juga mau memperlihatkan bahwa spectrum musiknya POTS bisa dibawa ke mana-mana. Kita heavily influenced sama Queen, Mellon Collie nya Smashing Pumpkins sama OK Computer dari Radiohead, yang kayak nggak matok genrenya ini ini aja, ujar Bimo sang drummer.

Berbicara mengenai kuatnya pengaruh hero-hero musik mereka dalam EP ini tak lepas dari pendekatan produksi yang mereka ambil yaitu diproduseri secara mandiri atau self produced. Untuk engineer rekaman serta mixing dan mastering sebagian besar dikerjakan oleh gitaris mereka sendiri Adria Riswinanda di 912 studio, sehingga tone dan gaya sound bisa sesuai yang diharapkan. Kecuali drum pada track 1,6 direkam di Natural Studio oleh Om Irwan dan track 2,4,5 direkam di Wins Studio oleh Agus Blond. Kemudian untuk mixingnya, track 1 oleh Chitoz serta track 2,4,5 oleh Avedis Mutter. Tidak hanya audio yang self produced, artwork dari EP Self Titled ini juga hasil karya dari Danu, sang bassist The People of The Sun sendiri.

Uniknya selama masa produksi dan album belum rilis, The People Of The Sun mempunyai gimmick yang unik untuk mengenalkan musik mereka kepada para penonton yaitu berbagi booklet berisikan lirik dan credit info yang didesain unik seperti alkitab kecil. Kegiatan ini mereka sebut “Sun Worshipping Program” yang menyerupai pelayanan rohani.

“Si pots ini ada gimmick gitu di tiap manggung, bagi bagi booklet, kaya booklet CD gitu. Jadi isinya ya lirik dan credits gitu. Intinya dulu karena belum ada rencana rilis fisik, kami ingin mengajak  pendengar POTS tetap merasakan bagaimana sensasi membaca booklet, membaca credits dan melihat band dari sisi visual artnya seperti di saat kita mendengarkan rilisan fisik. Hal-hal tersebut mulai hilang dan nggak didapatkan kalau cuma sekedar mendengarkan di dsp,” terang Bimo sang drummer.

“Jadi kita nganggepnya ini kayak “kitab” gitu karena shownya kan kita menyebutnya “Sun Worshiping Program,” tambah Bimo.

Untuk video klip lagu “Ingenue” yang akan menyertai EP ini akan digarap oleh sutradara kawakan Anggun Priambodo. Bersama production house legendaris The Jadugar, Anggun pernah menggarap video milik Sajama Cut, White Shoes and The Couples Company, dan Kunto Aji. Beliau juga dikenal karena mengerjakan film Rocket Rain. Video klipnya sendiri sudah rilis di kanal youtube milik The People Of The Sun dan direkam di salah satu pondok lansia di Surabaya, di mana The People of The Sun melakukan live perform di sana menghibur para penghuninya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Articles