Mencoba Menjadi Rock yang Bersahaja,
Sebuah Catatan Untuk Album Tiger Paw – Sleman Sembada Rock
Beringas, tengil, bangor, namun mencoba bersahaja. Begitu kesan pertama saya saat mencoba mendengarkan album terbaru dari Tiger Paw – Sleman Sembada Rock. Kesan tersebut barangkali muncul karena mereka menyematkan slogan kota mereka yakni Sembada, pada judul album yang dirilis pada tanggal 27 september 2024 dengan format double album. Sembada sendiri dalam Bahasa Jawa berarti berkecukupan, kuat, kaya, dan cocok. Mencoba menelaah apa yang sedang diperbuat Tiger Paw, saya sederhanakan, mereka mencoba menampilkan rock yang buas dengan kepribadian lokal.
Mendengarkan musik-musik yang disajikan Tiger Paw, imaji saya memang masih terbawa dalam berseri album Festival Rock yang pernah dibuat Log Zhelebour. Semangatnya masih terasa seperti rock Indonesia era 80-an hingga 90-an itu. Tahun-tahun tersebut Rock Indonesia sangat berjaya. Lahir pada era tersebut band-band semacam Roxx, Elpamas, Andromedha, Grass Rock, Power Metal, Boomerang, hingga Jamrud. Namun seiring berkembangnya zaman, kejayaan rock itu tenggelam (mungkin) hingga sekarang.
Spirit rock itulah yang masih saya rasakan ketika mendengarkan lagu dan menyaksikan performa dari Tiger Paw. Terlebih karena saya memang lama tinggal di Surabaya, kota di mana sisa-sisa kejayaan rock masih tertinggal hanya puing-puingnya saja. Suara vokal melengking, gitar flying v yang dimainkan dengan ngebut, dress code glam rock, beserta personel yang berambut gondrong adalah gambaran rocker jadul. Tiger Paw yang mencoba setia dengan gaya tersebut, bisa dikatakan adalah upaya untuk membangkitkan spirit dari Rock Indonesia yang barangkali sudah terkubur.
Menampilkan gempita musik rock lawas di tahun 2024 ini, bagi saya memang sebuah usaha yang patut diapresiasi. Diantara anak-anak skena sekarang yang tampil necis dengan pakaian kasual dan rambut yang tertata rapi, Tiger Paw menjadi pembeda dengan gayanya yang tetap sangar. Mengamati karya-karyanya, kita seperti melihat penampilan Ucok Harahap Cs dalam bentuk kekinian. Yah, semoga pembaca tulisan ini masih mengenal siapa itu Ucok Harahap. Double album yang dibuka dengan Rock Purba dan Jiwa-jiwa Rock ini mungkin adalah sebuah upaya Tiger Paw untuk mempertontonkan seperti apa itu sejatinya musik rock.
Dalam album ini, Tiger Paw, bagi saya memang mencoba untuk menyajikan rock dengan gaya kelokalan mereka, bocah-bocah Sleman, Kabupaten bagian utara Daerah Istimewa Yogyakarta. Dahulu kita tahu GodBless yang mencoba mengubah rock barat yang identik dengan Black Sabbath, Led Zeppelin, Rolling Stones, dan sebagainya dengan gaya Indonesia. Nah inilah Tiger Paw yang mencoba melanjutkan spirit pahlawan rock Indonesia itu dengan gaya orang Sleman. Mereka mengambil spirit musik keras yang gahar namun tetap salim kepada kedua orang tua sebelum berangkat manggung. Jawa tetap dibawa, rock selalu di relung jiwa. Lagu “Ciu” barangkali adalah gambaran bahwa orang Jawa tidak kenal wiski ataupun vodka, karena kita punya local pride yaitu ciu.
Jika Komunal menyebut identitas musik mereka adalah Rock Petir, Seringai dengan Rock Oktan Tinggi, atau Sangkakala lewat Rock Kabupaten, inilah Tiger Paw: Sleman Sembada Rock. Dalam album ini, akhirnya Sang Macan yang mengais telah menasbihkan jenis musik mereka kepada khalayak musik rock. Saya mengucapkan selamat atas album barunya. Semoga dengan adanya album ini bisa membangkitkan kembali jiwa-jiwa serdadu rock yang sudah lama terkubur. Harapan agar musik rock terus mengudara itu harus dijaga. Garpu somay di udara!
- Lagu favorit : Rock purba & Jiwa-jiwa rock
- Lagu dengan skor tertinggi : Bapak-bapak
- Lagu dengan skor terendah : Wings in the sky
- Album rating : 7/10
Ditulis oleh Ismail Noer Surendra (penulis lepas yang suka kelepasan menulis)