Port Moresby, kuartet dari Yogyakarta kembali lagi ke perhelatan musik untuk membawa sajian penuh di tahun 2024 ini. Meskipun tampak lega usai menawarkan karyanya ke publik di ujung tahun 2023 dan 2022 lalu, rasa-rasanya belum lengkap bagi mereka jika hanya membekali diri lewat empat karya dalam balutan single tersebut. Kali ini, mereka siap untuk melepaskan sederet karyanya yang dirangkum menjadi album debut penuh berjudul: “The Unknown Unknowns”.
Album “The Unknown Unknowns” yang rilis secara digital pada tanggal 31 Mei 2024. Ada setidaknya delapan lagu yang memadati album itu. Di antaranya terdapat pula sederet single sebelumnya, tetapi kali ini dikemas ulang menjadi sajian yang lebih segar. Barangkali sudah akrab diketahui atau belum sama sekali, judul-judul seperti “Burn It All”, “Livin’ in Upside Down”, “People Who Forget”, “I Cut My Body”, “Ruthless”, “You Lose I Win”, “In the Midst of Nowhere”, dan “Random and Repeat” akan berurutan mengiringi jalannya album itu. Semua lagu itu sepenuhnya diproduksi secara independen oleh Port Moresby sejak setahun yang lalu.
Proses Produksi
Menyoal perkara independensi, Port Moresby memang masih melanjutkan ide dan laku swadaya dalam hal berkarya. Seperti karya-karya sebelumnya yang telah dirilis, seluruh lagu di dalam album “The Unknown Unknowns” juga secara total melibatkan raga dan pikiran kreatif para personilnya.
“Instrumen semuanya direkam di rumah Wecik dan beberapa take ada di rumahku. Kecuali untuk vokal, itu semua lagu kecuali ‘Burn It All’ dan ‘In The Midst of Nowhere’ direkam di studio Watchtower Records kepunyaan Mas Bable Sagala. Setelah semua rekaman jadi, sebenarnya pengen nyari sound engineer, tapi kami juga bingung karena belum tau apa itu sound design, dan akhirnya yaudah jalanin sendiri dulu aja sambil belajar sound, tekad untuk nge-mixing semua lagu itu. Mixing-an jadi, nekad lagi buat nge-mastering, dan ya walaupun prosesnya butuh waktu lama, tapi akhirnya jadilah 8 track itu lengkap.” ujar Faraaj sang gitaris.
Meskipun independensi itu punya banyak implikasi berupa tantangan dan masalah selama proses produksi, tetapi mereka memahaminya sebagai satu proses yang pantas untuk dinikmati. Lebih lanjut, Port Moresby juga merasa bahwa mereka tidak ingin terjebak dalam batas-batas kaku perihal independensi. Dengan kata lain, mereka tetap mempertimbangkan berbagai kemungkinan baik yang bisa jadi datang di masa yang akan datang.
“Tantangan dan masalah selama proses produksi pasti selalu ada. Entah itu masalah teknis atau konsep, dinikmati saja. Sedikit menyambung perkara independensi sebelumnya, tidak menutup kemungkinan nantinya akan kerja sama dengan berbagai pihak lain baik dalam hal proses kreatif maupun manajerial.” begitu tambah sang gitaris kedua, Harits.
Penelusuran Makna “The Unknown Unknowns”
Selanjutnya, proses kreatif tentu sejalan dengan munculnya ide dan konsep, tidak terkecuali konsep “The Unknown Unknowns” yang menyimpan makna mendalam sebagai nama dari album debut Port Moresby. Istilah itu berkelindan dengan cara berpikir terbuka dan kesadaran diri yang mendalam. Namun, jika dipahami lebih jauh, konsep itu juga mencakup bagaimana cara kita memahami dunia termasuk di dalamnya kehidupan personal seperti emosi, pemikiran, dan pengalaman di dalam diri.
“Album ini tu hasil refleksi aja sih, lebih mirip jurnal gitu kali ya. Metodenya juga aku drafting. Pas kejadian apa gitu, perasaan muncul, terus respons pikiranku soal kejadian tadi aku tulis. Draf-draf ini aku rangkai dengan relatif mudah ya, dari situ ternyata berkaitan. Istilah ‘The Unknown Unknowns’ baru terucap secara nggak sengaja setelah semua lagunya jadi. Dan gak tau kenapa frasa tersebut fit banget untuk merangkum semua lirik lagunya. Rasanya aku sepakat waktu Neil deGrasse Tyson bilang kalau one of the great challenges in life is knowing enough to think you’re right, but not knowing enough to know you’re wrong. Kata kata itu udah ngerangkum banget album ini,” jelas Wecik sang bassis.
Jika ditelusuri, konsep “The Unknown Unknowns” pun sudah dengan cemerlang terejawantahkan ke setiap lagu dalam album debut Port Moresby ini. Sebut saja lagu ‘People Who Forget’, ‘Livin in Upside Down’ dan ‘I Cut My Body’ itu mencerminkan seseorang yang menghadapi ketidakpastian dan kekacauan dalam hidup. Selanjutnya lagu ‘Random and Repeat’ mengisahkan perjalanan individu dalam mengeksplorasi kehidupannya. Lalu ada pula ‘Burn It All’ dan ‘You Lose I Win’ yang menegaskan serta merenungkan kekuatan di dalam diri dan keberanian. Semua itu terangkum dalam satu konsep “The Unknown Unknowns”.
Selain ke dalam lagu-lagunya, konsep “The Unknown Unknowns” itu juga dilibatkan ke dalam sisi artistik lainnya, dalam hal ini yaitu sampul album. Lagi-lagi, sampul album juga dibuat secara swadaya oleh salah satu personilnya. Barangkali cerita Vano di bawah ini cukup merangkum bagaimana konsep itu diejawantahkan ke dalam karya seni rupa.
“Aku mengadopsi metode mixed media dalam rangka membuat cover album ini untuk mengeksplorasi berbagai dimensi visual dan emosional yang selaras dengan musik dan maknanya. Dalam proses ini aku menggabungkan satu foto analog dengan latar ruangan yang nyaman dan ada siluet wanita yang aku ganti sama satu lukisan abstrak dengan elemen cat acrylic kombinasi warna kuning, hijau, dan emas. Siluet abstrak mungkin kalau dilihat-lihat pasti kontras banget sama mood dan tone warna di background, kesannya tapi menurutku itu yang jadi gambaran dan maksud sebagai The Unknown Unknowns: hal-hal asing yang gak terduga bisa tau-tau datang dan ada di ruang kenyamanan,” tutup Vano sang drummer.