Di awal 2000-an band melodic punk sempat merajai pentas musik baik di ranah underground maupun pensi. Sub genre musik punk rock ini identik dengan ketukan drum kencang, harmonisasi gitar dengan pemilihan nada vokal melodius yang bercerita tentang tema sehari hari anak muda. Sebut nama semisal NOFX, Bad Religion ataupun eksponen lokal yang cukup dikenal kala itu Nudist Island dan Sendal Jepit.
Jogjakarta sebagai salah satu kota yang cukup signifikan untuk ranah musik pun tidak ketinggalan memproduksi band melodic punk bahkan gig khusus genre tersebut. Salah satu band jebolan era itu adalah Morning Horny yang digawangi oleh Raphael Danu (lead vocal), Untung (gitar/backing vocal), Adie (gitar/backing vocal), Henry (bass/backing vocal) dan Surya (drum).
Dibentuk tahun 2000, Morning Horny sempat merilis album pertama berjudul “Play It Fuckin’ Loud!!!” berisi enam lagu via SLC Records tahun 2004. Kemudian split mereka bersama 20 Miles Marathon dirilis tahun lalu oleh Gimme Gimme Rekords menggambarkan regenerasi di ranah punk rock Jogja. Kini mereka kembali dengan sebuah mini album baru.
EP berjudul Punks Not Bad ini berisi enam lagu yang menggambarkan letupan agresi jiwa muda dari para personil yang (umurnya) sudah tidak muda lagi. Pemilihan Punks Not Bad sendiri “berawal dari pandangan dari masyarakat awam yang melihat musik punk sebagai sesuatu yang jelek sehingga kami ingin membuktikan bahwa kami bisa berkarya dengan baik melalui cara yang mungkin berbeda dari yang lain” ungkap Danu mengenai judul EP ini.
Menyebut musik mereka sebagai “Teenage Rebel Rawx”, band gaek ini meramu berbagai macam warna musik yang mempengaruhi masing-masing personil mulai dari hardcore, punk, rocksteady, jazz, rock n roll sampai metal. Hal tersebut tergambar di salah satu komposisi mereka berjudul “Your Mouth Is Big Enough To Swallow Me Alive” disingkat Y.M.I.B.E.T.S.M.A yang mereka sendiri anggap aneh bahkan cenderung tidak menggambarkan layaknya lagu – lagu Morning Horny yang lain. Y.M.I.B.E.T.S.M.A dipenuhi riff gitar crossover dengan pattern yang unik, dan ini juga menjadi lagu terpanjang yang pernah mereka ciptakan.
Ke enam lagu di album ini sebenarnya materi lama yang diciptakan sekitar tahun 2008 – 2010. Tema remaja dalam kehidupan sehari – hari menjadi titik sentral di EP ini. Salah satu lagunya berjudul “We Young We Strong” mengingatkan kalau kita berjuang untuk hidup, bahwa kita masih muda dan kuat layaknya lirik “we fight for life, we young we strong”.
Sejalan dengan itu, Morning Horny tidak segan untuk berkolaborasi dengan talenta muda. Untuk artwork covernya, mereka mengajak Steven Yoyada pembetot bass band stoner doom Jogja, Deathgang. Artworker muda berbakat yang sering bekerjasama dengan banyak band stoner doom internasional (diantaranya Hawkwind dan Red Fang) ini menerjemahkan Punk’s Not Bad dengan artwork bertema tikus.
“Kenapa tikus? Karena tikus dianggap binatang kotor yang hidup di got, kumuh dan dekil. Tapi di sebuah tempat di India sana, tikus dianggap dewa, dipelihara dan diberi makan sama masyarakat. Ya ternyata tikus ga seburuk yang kita pikirkan, jadi kenapa ga kita ambil tikus sebagai representasi album ini?” jelas Danu.
Ada juga Hayu Arpita penyanyi muda dan penulis lagu brilian yang diberkahi dengan anugerah multi talenta. Hayu didapuk untuk memberikan suara emas-nya di lagu berjudul “Don’t You Stop Me”. Selain itu ada sesi spesial dengan trio brass: Erwanto Cahyo Nugroho “Iwank”, Bimo Sejati “Bimo” dan Hapsak Lewi Boanerges “Lewie” yang membuat EP ini variatif secara materi.
EP Punk’s Not Bad sendiri akan dirilis Gimme Gimme Rekords dalam format kaset pita limited edition dengan jumlah 100 pcs (hand numbered) dengan harga Rp. 60.000. Selain itu tersedia juga merchandise berupa t-shirt & pullover hoodie dengan artwork dari Steven Yoyada.